Tales of The Dervishes : Kisah Semut dan Capung

Seekor semut dengan sekelumit rencana yang tersusun di kepalanya, tengah mencari-cari madu. Pada kesempatan yang sama terdapat seekor capung hinggap pada kuntum bunga itu dan menghisap madunya.
Capung itu terlihat terbang pergi dan kembali lagi. Melihat aktivitas sang capung tersebut, lantas Si Semut berkata,
"Kau ini hidup tanpa usaha, juga tanpa rencana. Karena kau tidak punya tujuan nyata maupun cita-cita, apakah ciri utama dari hidupmu dan ke manakah akhirnya?' Kata semut.
"Aku bahagia, dan aku bersenang-senang, itu cukup nyata dan bertujuan. Tujuanku adalah tanpa tujuan. Kau boleh berencana sesukamu; kau tak bisa meyakinkanku bahwa ada cara hidup yang lebih baik. Bagimu rencanamu, bagiku rencanaku." Jawab Capung menanggapi semut
Jawaban Capung lantas membuat Si Semut berpikir, bahwa yang tampak olehnya belum tentu nyata-nyatanya tampak olehnya.
"Yang tampak olehku ternyata tak tampak olehnya. Ia tahu apa yang terjadi pada semut. Aku tahu apa yang terjadi pada capung. Baginya rencananya, bagiku rencanaku."
Si Semut pun berlalu, sebab ia telah memperingatkan sebisanya dalam situasi itu. Hingga suatu ketika mereka bertemu lagi di kios tukang daging.
Semut yang cerdik telah mempersiapkan rencananya dengan memilih berdiri di bawah meja tempat daging, menunggu yang akan jatuh diatasnya. Sementara Si Capung, yang hidup tanpa rencana, lantas segera menghampiri dan hinggap diatas daging merah tersebut.
Pada saat yang sama, tukang daging mengayunkan pisau nya dan langsung membelah capung menjadi dua. Separuh badannya terjatuh dilantai, persis didekat kaki Si Semut.
"Usai sudah rencananya, dan rencanaku terus berlanjut, 'Baginya rencananya telah usai, 'bagiku rencanaku' mulai berputar. Kebanggaan tampaknya penting, tetapi fana. Hidup memakan, berakhir dengan dimakan oleh yang lainnya. Ketika kukatakan ini padanya, ia pikir aku perusak kesenangan." Kata Semut sambil memegang bangkai itu dan mulai menyeretnya ke sarang,
Kisah tentang Si Semut dan Capung ini diambil dari buku catatan seorang Sufi yang disimpan di Masjid Agung di Jalalabad dan kemudian ditulis dalam tulisan karya Idries Shah dalam bukunya berjudul "Tales of The Dervishes"
Kisah ini juga telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dalam buku yang berjudul Harta Karun dari Timur Tengah - Kisah Bijak kqrya Ahmad Bahar dalam . Juga dalam buku Kisah-Kisah Sufi, Kumpulan Kisah Nasehat Para Guru Sufi Selama Seribu Tahun yang Lampau karya Sapardi Djoko Damono. Mg - Fariz
Editor : Maulana Salman