JAKARTA, iNewsSemarang.id - Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas umat manusia di dunia. Hal itu juga termasuk Afrika yang sebagian besar penduduknya adalah seorang muslim. Oleh karena itu banyak ditemukan bangunan masjid di negara ini. Salah satu yang menarik adalah masjid yang terbuat dari lumpur ini.
Masjid merupakan bangunan suci yang digunakan sebagai tempat peribadatan oleh pemeluk Agama Islam, yang digunakan untuk menunaikan sholat. Awalnya masjid adalah tempat sholat sederhana bagi umat Islam, dan mungkin merupakan ruang terbuka bangunan.
Kini sudah banyak sekali ditemukan masjid dengan berbagai arsitekturnya yang menarik dan bahkan cukup bersejarah. Hal ini tak terkecuali dengan Masjid Raya Djenee yang memiliki bangunannya sangat menarik untuk dibahas.
Ya, masjid ini terbuat dari lumpur. Tak hanya itu, ada fakta menarik lainnya dari Masjid Lumpur di Afrika inj. Penasaran? Simak lebih lanjut beberapa fakta menarik dari Masjid Raya Djenee, dirangkum pada Minggu (8/1/2023).
1. Bangunan masjid paling besar di dunia terbuat dari lumpur
Masjid Raya Djenne adalah bangunan dari lumpur terbesar di dunia dan dianggap oleh banyak arsitek sebagai gaya arsitektur Sudano-Sahelian terbaik. Masjid ini terletak di kota Djenne, Mali, di dekat Sungai Bani.
2. Situs Warisan Dunia UNESCO, 1988
Masjid pertama di tempat ini dibangun pada abad ke-13. Selain merupakan pusat komunitas Djenne, kota ini juga merupakan landmark dari Afrika. Bersama dengan "Kota Kuno Djenné", tempat ini menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1988.
Sebagian masyarakat Barat menolak Masjid Djenee masuk dalam situs warisan dunia. Seorang penjelajah Perancis pada 1828 melaporkan, masjid tersebut aslinya dibangun pada sekitar abad ke-13 atau ke-14 yang berasal dari reruntuhan dan kemudian dihancurkan.
3. Awal mulanya adalah istana
Masjid Raya Djenne dibangun pertama kali pada 1240 Masehi oleh penguasa Djenne yaitu Sultan Koii Kunboro. Masjid Djenee awalnya adalah istana. Setelah sang pemimpin memeluk Islam, istana tersebut dialihfungsikan menjadi masjid.
4. Kearifan lokal masyarakat setempat
Bangunan masjid ini mengangkat gaya arsitektur ala Sudan Sahili, yang merefleksikan kearifan lokal masyarakat Afrika Barat. Masjid Agung Djenne bisa dikatakan karya spektakuler sekaligus bukti kehebatan arsitek muslim, Ismaila Traore yang mampu secara ciamik 'menyulap' lumpur-lumpur tersebut menjadi bangunan bernilai seni tinggi. Traore menggunakan bahan-bahan tradisional, seperti batang dan cabang pohon yang diaduk bersamaan bata lumpur kering dan juga tanah liat.
5. Festival sekaligus pemugaran dilakukan setahun sekali
Untuk mempertahankan bangunan masjid tetap kokoh, masyarakat sekitar melakukan Crepissage de la Grand Mosquee, yaitu mengganti lumpur yang menyelimuti bangunan masjid raya tersebut.
Editor : Maulana Salman