Semarang, iNewsSemarang.id- Untuk menekan inflasi harga produk pangan (volatile food) di waktu mendatang. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono menghimbau pihak yang bersangkutan untuk mengawasi manajemen stok dan rantai distribusi pangan pokok.
Margo meminta agar pihak stakeholder di tingkat pusat dan daerah berkoordinasi untuk mengawasi dinamika iklim dan cuaca yang berpengaruh terhadap harga komoditas pangan dalam negeri.
“Dengan demikian, saat tidak musim panen, ketersediaan bahan pangan pokok masih mencukupi dan harga bisa terkendali,” ucapnya, mengutip dari Antara, Rabu (1/2/2023).
Sebagian besar angka inflasi sebesar 0,34% month to month (mtm) pada Januari 2023 disumbangkan oleh komoditas pangan, meliputi beras senilai 0,07%, cabai merah 0,04%, ikan segar 0,04%, dan cabai rawit senilai 0,03% per Januari 2023.
Gejolak inflasi pada komponen harga meningkat sebesar 5,7%, lebih tinggi dibandingkan bulan Desember 2022 dengan inflasi sebesar 5,61% , dan memberi andil sebesar 0,97% pada bulan Januari 2023.
Margo menghimbau agar kebijakan dalam menaikkan harga komoditas segera diambil dengan cermat supaya dampaknya pada inflasi bisa dikelola dengan baik.
Selain transmisi dari global, dia menyebut inflasi selama 2022 banyak dipicu oleh kenaikan harga yang diatur oleh pemerintah.
Sektor transportasi dengan inflasi sebesar 13,91% year on year (yoy) menyumbangkan angka inflasi sebesar 5,28% yoy per Januari 2023 dan Memberi andil 1,67%.
Komoditas bensin yang termasuk sektor transportasi, memberi andil 1,07 %, bahan bakar rumah tangga memberi andil 0,24%, serta tarif angkutan udara memberi andil 0,19%.
Komponen harga yang diatur oleh pemerintah mengalami inflasi sebesar 12,28% yoy, memberi kontribusi terbesar pada inflasi Januari 2023 yakni sebesar 2,17%.
Pemerintah menetapkan sejumlah regulasi penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada tahun 2022.
Margo Yuwono meminta nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terus diperhatikan, sebab secara tidak langsung dapat mempengaruhi manajemen stok dan distribusi pangan dalam negeri.
“Nilai tukar ini perlu mendapatkan perhatian, karena kita masih mengimpor sebagian bahan pangan,” tuturnya.
(MG/Shinta)
Editor : Maulana Salman