get app
inews
Aa Text
Read Next : Pertamina Pastikan Stok LPG 3 Kg di Jateng dan DIY Aman hingga Ramadhan dan Lebaran

Ramadhan: Tamu Agung Itu Akan Segara Pergi

Jum'at, 21 April 2023 | 17:39 WIB
header img
Ahmad Baedowi. Foto: Ist

SEMARANG, iNewsSemarang.id - “Hari-hari terakhir Ramadhan memberikan kesan mendalam dalam hati" begitulah kira-kira perasaan hampir semua muslim ketika bulan suci Ramadhan akan segera pergi meninggalkan kita. Meskipun pada akhir Ramadhan umat Islam disibukkan dengan aktivitas keduniawian seperti mencari sandangan pangan untuk menyambut Idul Fitri, namun tidak dipungkiri semua tentu akan merindukan bulan Ramadhan yang belum tentu tahun depan akan bisa ditemui.

Tidak lama lagi, tamu agung akan segera pergi. Meninggalkan segenap insan. Entah, kapan dia akan datang lagi. Sedih dan berat rasanya, berpisah dengan bulan suci. Karena, tiada bulan -seindah Ramadhan. Tiada bulan yang membahagiakan selain Ramadhan. Tiada bulan sesehat Ramadhan. Tiada bulan yang merindukan, melebihi Ramadhan. Segala keindahan, kebahagiaan, kesalehan dan kreatifitas ada di bulan mulia. Bahkan, Allah menyatakan sendiri, bulan itu, ada Lailatul Qadr, satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Khairun min alfi syahr (QS. Al Qadr [97]: 3).

Hari-hari terakhir bulan Ramadhan apakah mampu kita jadikan refleksi untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah Sang pencipta? Segera kita evaluasi diri sebelum terlena, karena itu menyongsong Idul Fitri di akhir bulan suci ini perlu kiranya kita mempersiapkan fisik dan mental spiritual kita untuk berpisah dengan bulan Ramadhan.

Jika kita berkaca dari tahun ke tahun perjumpaan kita dengan bulan Ramadhan khususnya pada akhir bulan Ramadhan kita selalu disibukkan dengan aktivitas biasa yang bahkan jauh dari nilai ibadah. Seharusnya pelaksanaan ibadah puasa seyogyanya makin hari semakin meningkat hingga sepuluh terakhir dibulan Ramadhan untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Nyatanya, seringkali saat Ramadhan hanya semangat diawal saja dan makin hari makin menyusut semangatnya. Bahkan saat sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih banyak sibuk berburu diskon dan belanja di pasar untuk kepentingan lebaran. Padahal Rasul mengajarkan bahwa pada akhir-akhir bulan Ramadhan menambahkan pori ibadah mendekatkan diri kepada Allah “Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan, Rasulullah Saw lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya” (HR. Muslim).

Pengalaman dari tahun ke tahun kebanyakan kita tidak memahami makna Ramadhan sesungguhnya, terutama pada akhir Ramadhan yang menyimpan banyak sekali keutamaan, diantaranya ada malam seribu bulan atau malam Lailatul Qodr. Namun banyak banyak Umat Islam malah bersikap hedonis dan pragmatis mengisi hari-hari akhir bulan suci Ramadhan. Pertama, sikap hedonis dapat dilihat dari maraknya masyarakat pada saat menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan memburu diskon di Mall, Supermarket, Toko pakaian dan yang lainnya untuk memenuhi ‘gaya hidup’ pada saat Idul Fitri. Kaum muslimin seolah-oleh terlena dengan lebih mementingkan berbelanja dari pada memperbanyak ibadah sesuai dengan tuntuan. 

Kedua, sikap pragmatis masyarakat muslim dapat dicermati pada saat menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan. Di mana umat Islam menjalankan ritual ibadah hanya sesaat ketika di bulan Ramadhan. Namun setelah Ramadhan selesai masyarkat akan kembali seperti biasa, semangat menjalankan ibadah. Inilah realias yang terjadi di masyarakat kita. Hal ini menunjukkan bahwa kadar keimanan kita masih belum terjaga maksimal di luar bulan suci Ramadhan. Seharusnya ketika Ramadhan usai kita tetap dekat dengan Allah dengan menjalankan ritual ibadah seperti pada saat bulan Ramadhan. 

Sebagaimana Firman Allah dalam Sura Al Baqarah ayat 186 

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Artinya: “Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”.

Dalam ayat di atas menerangkan bahwa sesungguhnya Allah itu dekat dengan smua insan. Apabila kita ingin menjaga kualitas keimanan kita maka langkah yang harus kita tempuh adalah dengan menyempurnakan ibadah baik perbuatan, tindakan, ucapan maupun penglihatan.oleh karena itu setiap muslim harus senantiasa menjaga keimanan setiap saat dimanapun dan kapanpun. Sehingga meskipun di luar bulan suci kita tetap semangat untuk meraih rahmat, maghfiroh (ampunan) dan kemuliaan dari Allah SWT.

Oleh karena itu marilah kita merenung berapa kali kita menjalani Ramadhan? Sejauh mana kira-kira dampak positif Ramadhan terhadap peningkatan kualitas prilaku hidup kita masing-masing. Seberapa besar perubahan prilaku hidup kita dari satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya? Jika kita telah menyadari, bahwa Ramadhan merupakan bulan “penggodokan” dan “pendadaran” spiritual, tentu seharusnya setelah Ramadhan kita menjadi pribadi-pribadi yang semestinya mampu mengendalikan kuasa nasfsu kita masing-masing dan sekaligus bisa menebarkan pancaran ruhani yang terejawantahkan ke dalam sosok yang “shaleh”, baik secara personal maupun sosial (takwa).

Namun, jika ternyata Ramadhan demi Ramadhan yang telah kita lalui tidak juga membuat jiwa raga kita bertumbuh kualitas ketakwaannya, sama saja kita hanya menjadikan Ramadhan sebagai “bulan rehat” sejenak dari dosa dan keburukan-keburukan. Oleh karena itu, tanpa adanya komitmen kemauan moral yang kuat, tentu spirit keberagamaan kita sangat mungkin akan terjatuh pada bentuk kesalehan formal-ceremonial belaka, tanpa ruh yang menjiwai.

Meskipun tamu agung itu (Ramadhan) akan segera berlalu, kita sebaiknya tetap bersyukur dan memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk beribadah dengan sebaik-baiknya. Kita bisa mencoba meningkatkan kualitas ibadah kita dan melakukan amalan yang lebih baik lagi, seperti membaca Al-Quran, memperbanyak doa, dan bersedekah. Selain itu, setelah bulan Ramadhan berakhir, kita juga masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri dan terus melanjutkan amalan kita. Kita bisa mempertahankan semangat yang telah kita bangun selama bulan Ramadhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. (Ahmad Baedowi)

Editor : Maulana Salman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut