get app
inews
Aa Text
Read Next : Debat Perdana Pilgub Jateng 2024, Andika dan Luthfi Sepakat Atasi Kemiskinan di Jawa Tengah

Harga Beras Tak Terkendali, Awas Munculnya Kaum Miskin Baru!

Jum'at, 23 Februari 2024 | 07:30 WIB
header img
Kenaikan harga beras bisa memicu munculnya kaum miskin baru. Foto: Ist

JAKARTA, iNewsSemarang.id – Ada kemungkinan munculnya kaum miskin baru jika harga beras tak terkendali. Mereka adalah kelompok yang selama ini hanya berada sedikit di atas garis kemiskinan.

"Buat warga miskin, mereka tidak perlu khawatir karena sudah ada PKH, Program Sembako, bantuan pangan beras 10 kg/keluarga/bulan, bahkan ada BLT Mitigasi Risiko Pangan yang dirapel 3 bulan Rp600 ribu/keluarga. Bantuan pangan beras yang sempat dihentikan penyalurannya jelang Pilpres, per 15 Februari lalu mulai disalurkan lagi," ungkap pengamat pangan dan pertanian Khudori, Kamis (22/2/2024).

Menurutnya, yang juga perlu menjadi perhatian saat ini adalah kelompok yang hanya beberapa jengkal di atas garis kemiskinan. Jika harga beras dan pangan terus naik, maka kelompok ini potensial menjadi kaum miskin baru. "Karena mereka belum tersentuh aneka bantuan sosial dan jaring pengaman sosial itu," jelasnya.

Khudori mengatakan, Badan Pangan Nasional (Bapanas) memang telah menugaskan Bulog untuk menggencarkan operasi pasar yang bernama SPHP (stabilisasi pasokan dan harga pangan). 

Beras SPHP ini menurutnya bisa menjadi pilihan warga miskin/rentan karena harganya lebih terjangkau yaitu, Rp11.500 sampai 11.800/kg, jauh di bawah harga pasar. "Perlu dipastikan, beras SPHP ini bisa menjangkau seluas mungkin warga," tandasnya. 

Dia menambahkan, pemerintah dalam beberapa hari terakhir juga menggandeng Food Station (FS) yang akan mencampur beras lokal dengan beras impor dan menjualnya dengan harga beras premium Rp13.900/kg dengan memanfaatkan merek FS. 

Aneka beras bermerek punya FS itu bisa ditemukan di jejaring ritel modern seperti Alfamart dan Indomaret. Menurut dia, cara-cara ini bisa dilakukan untuk menjangkau lebih banyak warga. Kendati demikian, Khudori menilai masih akan ada kelangkaan karena Bulog dan FS belum bisa menjangkau semua. 

"Saya tidak punya informasi memadai seperti yang disampaikan Aprindo bahwa para pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang enggan mengemas ulang beras SPHP dari Bulog dengan kemasan 5 kg untuk dijual dalam bentuk eceran," tuturnya. 

Namun, lanjutnya, jika informasi ini benar, maka pemerintah lewat Bulog sebaiknya memasok beras ke Pasar Induk Beras Cipinang dalam bentuk kemasan 5 kg, seperti beras SPHP yang dijual di berbagai outlet selama ini. 

Sebab saat ini harga gabah di pasar sedang tinggi. "Info dari Jatim misalnya, harga antara Rp8.400-Rp8.800/kg gabah kering panen. Ini amat tinggi. Untuk jadi beras setidaknya harganya antara Rp15.850-Rp16.600/kg dengan rendemen 53%. Di Jalur, Sumsel, harga gabah kering panen hari2 ini Rp7.500/kg. 

Untuk jadi beras sudah di harga Rp14.200/kg. Sementara HET beras premium jauh di bawah itu, Rp13.900/kg. Ini yang membuat pedagang beras dan penggilingan padi menjerit," sebutnya.
 

Editor : Maulana Salman

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut