Menengok Kos-kosan Sapi di Temanggung, Seperti Apa?

TEMANGGUNG - iNews.id - Istilah kos-kosan sudah tak asing, pasti asosiasinya adalah kamar kos bagi mahasiswa atau orang kerja yang jauh dari rumah. Nah, berbeda dengan di Temanggung, Jawa Tengah, ada kos-kosan unik, yakni kos-kosan khusus hewan ternak sapi.

Kos-kosan khusus hewan sapi di temanggung ini tidak dihuni oleh manusia, tetapi oleh sapi. Ya, 100 persen penghuni kos-kosan di sini adalah sapi, dimaksudkan untuk beternak sapi tetapi tidak memiliki tempat serta waktu untuk merawat.

Baca Juga

Mahasiswa Unnes Tewas Gantung Diri Tinggalkan Surat Wasiat Isinya Menyayat Hati

Namun jangan anda bayangkan kamar kos yang harum, ada wifi, ada tempat tidur dan kamar mandi. Kos-kosan yang satu ini jauh dari itu.

Letaknya berada di Desa Kundisari, Kecamatan Kedu, Temanggung. Bangunan tersebut milik Muhammad Anis Fatoni yang digunakan sebagai kos-kosan sapi.

Sebanyak 8 ekor sapi saat ini mengisi tempat kos-kosan sapi tersebut, milik orang-orang dari berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, bahkan warga Belanda. Sapi tersebut dirawat secara baik oleh Fatoni, mulai dari memberi makan, membersihkan, hingga menjaga kesehatan hewan ternak sapi.

Baca Juga

Mahasiswa Unnes Gantung Diri di Dalam Kamar Kos, Diduga Terlilit Pinjol

“Kos-kosan sapi tersebut sudah berjalan sekitar 1 tahun,”ujar Fatoni, Rabu (9/2/2022).

Sebanyak 25 ekor sapi sudah menempati kos-kosan sapi tersebut. Selain sebagai perawatan sapi, kos-kosan sapi tersebut juga sering digunakan oleh warga sekitar untuk belajar pemeliharaan sapi.

“Kos di sini khusus untuk proses penggemukan sapi. Setiap hari sapi ditimbang dan dilaporkan kepada para pemiliknya,” pungkasnya.

Baca Juga

Mahasiswi Kedokteran Koas di Semarang Tewas di Kamar Kos, Sempat Diantar Taksi Online dari Klaten

Sampai saat ini masih terbatas 8 ekor sapi yang menempati kos-kosan sapi tersebut. Dalam satu bulan, biaya operasional yang diperlukan untuk merawat hewan ternak sapi tersebut sekitar Rp1,6 juta mulai dari sewa tempat, perawatan hingga makanan.

Editor : Miftahul Arief