get app
inews
Aa Text
Read Next : Tanah Masih Sengketa, Warga Tutup Proyek Tol Semarang-Demak

Protes Kenaikan Harga Tak Wajar, Peternak Ayam Petelur di Soloraya Gelar Aksi Mandi Jagung

Rabu, 27 Agustus 2025 | 06:17 WIB
header img
Peternak ayam petelur Soloraya menggelar aksi demonstrasi dengan mandi jagung di Bundaran Gladak, Kota Solo, sebagai bentuk protes atas kenaikan harga jagung, Selasa (26/8/2025). (Foto: iNews)

SOLO, iNewsSemarang.id - Puluhan peternak ayam petelur menyampaikan protes atas kenaikan harga jagung yang dinilai tidak wajar dengan aksi mandi jagung di Bundaran Gladak, Kota Solo, Selasa (26/8/2025). Aksi tersebut diikuti peternak dari Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, dan Klaten. 

Pantauan di lokasi, para pendemo yang tergabung dalam Forum Peternak Solo Raya itu mengenakan kaus merah, membawa ember berisi jagung pipil. Mereka kemudian melakukan protes dengan mandi jagung di atas truk terbuka. 

Ketua aksi, Parjuni mengatakan, aksi tersebut merupakan bentuk keresahan karena harga jagung sekarang tembus Rp7.000. 

"Kami resah karena harga jagung naik hampir 30 persen dari sebelumnya. Padahal jagung adalah komponen utama pakan, porsinya bisa 50 persen lebih. Harganya sekarang tembus Rp7.000, sedangkan harga acuan pemerintah Rp5.500 per kilogram," ungkap Parjuni.

Dia mengaku, kondisi tersebut memberatkan peternak lantaran harga ayam dan telur justru stagnan, jauh dari harga acuan pemerintah.

"HPP pakan tinggi, tapi harga jual telur dan ayam tetap rendah. Akhirnya peternak merugi," ujarnya. 

Parjuni menilai kenaikan harga jagung kontradiktif dengan pernyataan pemerintah pusat yang mengklaim adanya surplus produksi. Dia pun menduga, ada permainan pedagang broker yang menahan stok demi keuntungan.

"Katanya surplus 4 juta ton, tapi di lapangan stok langka dan mahal," ujarnya.

Dalam aksi itu, peternak juga membagikan jagung rebus, telur, dan ayam hidup kepada warga. Mereka mendesak Menteri Pertanian Amran Sulaiman bertanggung jawab atas persoalan ini.

"Kalau Mentan tidak bisa atasi masalah jagung, lebih baik diganti saja. Mundur lebih bagus," ujar Parjuni.

Dia menyebut, kebutuhan jagung di Jawa Tengah per bulan mencapai 50.000 hingga 100.000 ton. Namun pada musim paceklik, pasokan dari luar daerah juga terbatas. "Ini masalah serius. Jagung tidak ada pengganti dalam pakan, jadi pemerintah harus turun tangan," katanya.

Editor : Arni Sulistiyowati

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut