Sajian Khas Muharram, Begini Asal-usul Bubur Asyura

Nani Suherni
Gotong royong membuat bubur Asyura setiap tanggal 10 Muharram. Foto: Antara

JAKARTA, iNewsSemarang.id- Serba-serbi datangnya bulan Muharram biasanya akan dilalui umat Islam dengan menunaikan ibadah puasa Sunnah dan bersedekah. Selain itu, ada juga sajian kuliner khas yang tak pernah absen saat bulan Muharram, yaitu bubur Asyura. Bubur ini biasanya dibuat pada 10 Muharram.

Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan, sehingga tidak heran jika banyak umat Islam yang berlomba-lomba untuk meningkatkan kuantitas ibadah mereka. Sebab, pahala bagi orang yang berpuasa sunnah dan bersedekah utamanya melakukan santunan untuk anak yatim piatu pahala nya akan dilipatgandakan.

Setiap tanggal 10 Muharram, biasanya umat Islam akan bersama-sama membuat bubur Asyura. Bubur tersebut nantinya akan dibagi-bagi ke masjid dan warga sekitar. Tak hanya di satu wilayah, varian rasa dan tampilannya pun di tiap daerah beragam, karena masing-masing daerah menggunakan bahan dan memiliki ciri khas yang berbeda dalam memasak bubur Asyura.

Bubur Suro berasal dari kata Asyuro, yakni bubur yang komposisinya terdiri dari beras putih, beras merah, kacang hijau dan berbagai jenis biji-bijian lainnya yang semuanya dimasak menjadi bubur, lalu dimakan bersama keluarga, juga dibagikan kepada anak-anak yatim, orang tak mampu, dan mereka yang sedang tidak melaksanakan puasa, atau dimakan saat berbuka puasa.

Di Kalimantan Selatan (Kalsel) misalnya, kegiatan membuat bubur tersebut dilakukan dalam rangka peringatan hari Asyura sekaligus ajang silaturahmi antara pimpinan bersama dengan pegawai.

“Pada moment Asyura ini kita menggelar kegiatan silaturahmi Gubernur Kalimantan Selatan, dengan seluruh karyawan SKPD di lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan,” tutur Kepala Biro Kesra Sekretariat Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Ahmad Solhan, Senin (8/8/2022).

Ada beberapa versi yang menjelaskan asal usul dan sejarah dari bubur Asyura ini. Namun sebagian masyarakat ber-tafaul (mengambil berkah) dari kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW saat Perang Badar. Adapun versi lainnya juga ada yang mengambil dari kisah Nabi Nuh AS saat turun dari kapal setelah selamat dari terpaan banjir bandang. 

Editor : Maulana Salman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network