Viral Embun Upas Menempel pada Tanaman Kubis di Dieng, Ini Kata Stasiun Meteorologi Semarang

Ahmad Antoni
Viral Embun Upas Menempel pada Tanaman Kubis di Dieng. (Foto: IST)

SEMARANG, iNewsSemarang.id - Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang angkat bicara terkait video viral yang memperlihatkan fenomena es menempel pada tanaman kubis di Dataran Tinggi Dieng. Video viral adanya embun upas pada kubis itu diunggah lewat akun Twitter @pendakilawas

Menurut analisis Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, secara meteorologi fenomena tersebut dikenal sebagai frost atau embun beku. Berbeda dengan salju yang terbentuk sebagai partikel presipatasi di atmosfer, embun beku merupakan fenomena munculnya butiran es di permukaan. Alih-alih embun beku, masyarakat lebih mengenal fenomena tersebut sebagai embun upas. 

“Secara klimatologis, tekanan udara pada periode Juni-Juli-Agustus (JJA) lebih tinggi di Benua Australia (tekanan tinggi) dibandingkan Benua Asia (tekanan rendah). Angin yang berhembus dari Australia menuju Asia melewati Indonesia umumnya menandai dimulainya periode musim kemarau seiring dengan aktifnya monsun Australia,” jelas Kepala Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, Sutikno dalam siaran pers, Minggu (25/6/2023).

Dia menjelaskan, pada musim kemarau, tutupan awan sangat minimum, sehingga tidak heran jika pada siang hari, matahari akan terasa sangat terik diiringi dengan peningkatan suhu udara. Hal tersebut karena tidak ada objek di langit yang menghalau sinar matahari, sehingga penyinaran matahari yang notabene merupakan gelombang pendek menjadi maksimum pada siang hari.

“Sama halnya dengan siang hari, radiasi yang dipancarkan balik oleh permukaan bumi pada malam hari juga optimum karena langit bebas dari tutupan awan,” ujar Sutikno.

“Pancaran radiasi gelombang panjang dari bumi ini diiringi dengan penurunan suhu yang signifikan pada malam hari, dan mencapai puncaknya pada saat sebelum matahari terbit (waktu di mana suhu minimum umumnya tercapai),” ujarnya.

Menurutnya, yang perlu diingat bahwa berbeda dengan dataran rendah, kelembapan udara cukup tinggi di wilayah pegunungan dan dataran tinggi. Kelembapan udara yang tinggi merupakan indikasi bahwa udara di wilayah tersebut memiliki kadar air yang tinggi.

“Penurunan suhu yang terjadi secara kontinyu sejak malam hari ini menyebabkan embun yang semula terbentuk dan menyelimuti rumput, dedaunan, atau tanaman tidak membeku,” ujarnya.

Sutikno mengatakan, fenomena ini bukanlah kejadian luar biasa dan umumnya terjadi mendekati musim kemarau (Juni-September). Terkadang, fenomena ini juga terjadi pada Bulan Mei, namun mulai intens dan sering diamati mulai Bulan Juni dan puncaknya di Bulan Agustus.

Fenomena ini merupakan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, terutama yang memiliki hobi naik gunung dan ingin berwisata untuk menyaksikan embun upas secara langsung. 

“Namun, diimbau kepada para wisatawan yang ingin berkunjung selama periode Juni-September untuk mengenakan pakaian yang disesuaikan dengan kondisi setempat, seperti jaket tebal/mantel, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama berwisata karena pada waktu-waktu tertentu suhu udara di kawasan Dieng dapat berada dibawah 0°C,” ujarnya.

Editor : Maulana Salman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network