WONOGIRI, iNewsSemarang.id - Pasangan suami istri (pasutri) asal Wonogiri, Jawa Tengah, sukses mengembangkan bisnis petai secara online hingga menembus pasar internasional.
Namun butuh kerja keras dan perjuangan bagi pasangan muda yang menikah di usia 20 tahun. Dia mengaku memiliki banyak tantangan yang dihadapi, salah satunya terkait ekonomi.
Sudah banyak jenis usaha yang mereka rintis tetapi gagal hingga akhirnya timbul ide jualan petai secara siaran langsung atau live di media sosial. Bermodal tiga papan petai, Dira yang merupakan ibu muda ini berjualan secara live melalui aplikasi TikTok.
Pada minggu pertama live tidak ada pembeli sama sekali, namun berkat ketekunan dan kerja kerasnya mulai ada pembeli pertama hingga kini sudah memiliki puluhan ribu pelanggan dan ribuan paket petai terjual setiap harinya.
Dira merupakan pemilik dari gudangnya yang memproduksi Petai Wonogiri. Dia bersama sang suami berani berjualan secara online langsung dari Kota Wonogiri, tepatnya di Desa Bulak Wetan, Gunan.
"Untuk awal mula kita jualan petai ini karena terinspirasi dari orang tua kita dan pertama itu kita cuma jualan lokal-lokal di daerah sini aja terus habis itu kita punya reseller lah di Jakarta terus kita kirimnya via bus," ujar Dira dikutip dari YouTube CapCapung, Selasa (9/4/2024).
"Tapi makin lama kelamaan itu karena kan sistemnya itu dia itu enggak transfer dulu, jadi banyak uang yang macet di sana. Jadi kita mencoba hal baru kita jualan petai di online gitu," tuturnya.
Gigih adalah kata yang cocok untuk Dira dan suami untuk membangun usaha Petai Wonogiri ini. Saat 'booming' TikTok sebelum ada beberapa masalah saat itu, mereka tidak henti untuk melakukan siaran langsung meski tak ada yang membeli.
Namun, Dira juga suami bertekad akan terus melakukan live dan membuahkan hasil sembilan pembeli pertama di tokonya yang bermodalkan hanya Rp250.000 saja.
"Kita di situ cuma punya modal Rp250.000 buat beli satu ikat petai, di situ ada sembilan pesanan itu kita sambil packing kayak gitu kan. Terus tahu-tahu kok naik algoritmanya, tahu-tahu di kita waktu di TikTok itu padahal yang nonton cuma 10, 20 ternyata tahu-tahu bisa sampai 1.000 bahkan waktu itu 1.300 sampai 1.400 gitu penontonnya," ucapnya.
Usai perubahan algoritma tersebut, pesanan petainya langsung meledak hingga 100 paket karena saat itu akun baru yang masih dibatasi. Sempat berhenti di 1,5 jam atau 2 jam live, Dira mengaku menghentikan aktivitasnya tersebut karena produknya habis terjual.
Dia mengakui ada kejadian naik turun saat berjualan tersebut, salah satunya saat akun 'Petai Wonogiri' terkena banned atau blokir dari pihak TikTok yang membuat mereka membuat akun baru bernama 'Produksi Wonogiri'.
Dira pun membagikan tips dan trik untuk para pelaku UMKM yang ingin berjualan online. Menurutnya, kuncinya jangan pernah malu untuk mendeskripsikan produk.
Percaya diri sangat penting dan kunci utamanya harus telaten dan jangan pernah menyerah di waktu yang sama. Menjaga kepercayaan juga jadi salah satu cara Petai Wonogiri untuk selalu melayani konsumen.
Agar pembeli selalu percaya, khusus di toko mereka untuk Petai Wonogiri sendiri bisa tahan tujuh sampai 10 hari karena memang benar-benar pakai yang kulit hijau tua dan kulitnya kulit tebal.
"Kalau petai dari Wonogiri itu pun terkenal namanya itu petai padi. Petai padi itu rasanya manis dan bijinya enggak besar banget," ucapnya.
Dira menjual petainya dengan sistem per paket. Saat musim petai, harganya dijual Rp48.000 untuk 16 keris petai super dengan rata-rata Rp3.000 per keris.
Sementara, petai sedang dengan isi 20 keris dihargai Rp44.000, dan petai pendek dihargai Rp37.000 dengan isi 22 keris. Adapun, penjualan Petai Wonogiri sudah bisa dikirim ke seluruh Indonesia.
Selain itu, penjualan petai ini sudah menembus pasar luar negeri, yakni ke Hongkong dan Taiwan. "Kalau ke luar negeri sendiri itu kalau misalnya yang nyariin ekspedisinya dia terus nanti kita tinggal kirim barangnya biasanya itu harus ke Solo dulu kalau dari Wonogiri," ujarnya.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait