GUNUNGKIDUL, iNewsSemarang.id – Sungguh memilukan kehidupan yang dijalani Mbah Sarno (84) pejuang veteran warga Dusun Susukan II, Desa Genjahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Di masa tuanya, dia hidup sebatang kara bahkan terpaksa tinggal menumpang di lahan milik saudara pada bangunan bekas kandang ayam.
Ditemui iNews di kediamannya, Mbah Sarno tampak masih gagah meski telah lanjut usia. Dia masih kuat, berbicara dengan lancar bahkan punya pendengaran yang baik. Dia mengaku terpaksa menumpang lantaran tidak memiliki opsi lain dengan kondisi keterbatasan ekonomi.
Mbah Sarno menceritakan, dulu merupakan pejuang veteran yang mengabdikan hidup dan mati untuk membantu bangsa Indonesia. Namun kondisinya kini bak terlupakan.
Dia mengaku tidak pernah mendapat tunjungan veteran. Sejak 2014, dia mengajukan berkas permohonan veteran namun tidak diterima tanpa diberi tahu alasannya. Kondisi itu membuatnya hanya bisa mengandalkan belas kasihan dari lingkungan tempatnya tinggal.
Selama ini ada yayasan yang berbelas kasihan dengan memberi makan Mbah Sarno 2 kali sehari, yakni siang dan malam. Dia juga mendapat bantuan dari gereja setempat. "Saya tidak mendapatkan bantuan lainnya dan hanya memiliki BPJS saja," ujarnya, Senin (5/8/2024).
Dia dengan bangga menceritakan kisah heroik dan perjuangannya untuk NKRI. Dia juga pernah mendapat surat tanda penghargaan Satya Lenjana Wira Dharma yang ditandatangani Menteri Loordinator Keamanan dan Pertahanan Keamanan Kepala Staf Angkatan Bersendjata Jenderal AH Nasution pada 26 Maret 1966. Tanda jasa ini menjadi salah satu bukti Mbah Sarno dahulunya merupakan seorang pejuang.
Kemudian di operasi keempat, dia penugasan ke Irian untuk merebut Irian Barat. Berbagai pengalamannya tersebut ternyata tak cukup membuatnya diakui negara sebagai veteran sehingga kini hidup terlunta-lunta sebatang kara.
"Saya sempat mengajukan diri sebagai calon veteran sebanyak 2 kali sejak 2014, namun tidak pernah berhasil. Rekan seperjuangannya dahulu bisa mendapatkan tunjangan veteran," ucapnya.
Kini Mbah Sarno hanya hidup sebatang kara di usia tua. Dia tinggal menumpang di rumah saudaranya yang berbelas kasihan kepadanya. Untuk menyambung hidup, Mbah Sarno mengaku hanya mengandalkan bantuan makanan dari sebuah yayasan.
Untuk menghabiskan waktu keseharian, Mbah Sarno hanya memiliki radio sebagai tempat hiburan. Tempat tidur pun cuma ala kadarnya. Kondisi ini sudah dilewatinya sejak beberapa tahun terakhir.
Mbah Sarno menceritakan dahulu sempat menikah namun tidak mendapat keturunan. Istrinya sudah meninggal kurang lebih 20 tahun lalu.
Begitulah kisah pilu Mbah Sarno, pejuang veteran yang membantu bangsa Indonesia kini hidup sebatang kara dan berada di garis kemiskinan.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait