JAKARTA, iNewsSemarang.id - Banyak pihak yang menilai sosok Gus Baha jauh lebih baik karena selalu menunjukkan perilaku yang menyejukkan hati sehingga orang lain menaruh rasa kagum.
Selain itu, perbedaan tarif ceramah Gus Miftah dan Gus Baha juga sempat menjadi sorotan. Gus Baha siap mengisi dakwah diberi hanya Rp2 juta. Bahkan sosoknya tidak ingin dijemput oleh orang yang mengundangnya. Dirinya ini diketahui memang merupakan turunan ulama ahli Alquran.
Dilansir dari berbagai sumber pada Jumat (6/12/2024), telah merangkum silsilah lengkap keluarga Gus Baha, sebagai berikut.
Gus Baha mempunyai nama asli KH Ahmad Baha'uddin Nursalim yang lahir pada 29 September 1970 di Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Nasabnya ternyata sampai kepada Brawijaya V.
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Qur'an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA bernama KH Nursalim Al-Hafizh dari Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Ayah Gus Baha (KH Nursalim) merupakan murid dari KH Arwani al-Hafizh Kudus dan KH Abdullah Salam Al-Hafizh Kajen Pati yang nasabnya bersambung kepada para ulama besar.
Dari garis ibunya merupakan keturunan keluarga ulama Lasem, Bani Mbah Aburrahaman Basyaiban atau Mbah Sambu yang ada di area Masjid Jami' Lasem, sekitar 30 menit dari pusat Kota Rembang.
Sosoknya memilih Yogyakarta sebagai tempatnya memulai pengembaraan ilmiahnya. Pada tahun 2003 ia menyewa rumah di Yogya. Kepindahan ini diikuti oleh sejumlah santri yang ingin terus mengaji bersamanya.
Setelah menyelesaikan pengembaraan ilmiahnya di Sarang, Gus Baha menikah dengan seorang Neng pilihan pamannya dari keluarga Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.
Ada cerita menarik sehubungan dengan pernikahan beliau. Diriwayatkan, setelah acara lamaran selesai, beliau menemui calon mertuanya dan mengutarakan sesuatu yang menjadi kenangan beliau hingga kini. Beliau mengutarakan bahwa kehidupan beliau bukanlah model kehidupan yang glamor, bahkan sangat sederhana.
Beliau berusaha meyakinkan calon mertuanya untuk berpikir ulang atas rencana pernikahan tersebut. Tentu maksud beliau agar mertuanya tidak kecewa di kemudian hari. Mertuanya hanya tersenyum dan menyatakan cocok.
Kesederhanaan beliau ini dibuktikan saat beliau berangkat ke pesantren Sidogiri untuk melangsungkan upacara akad nikah yang telah ditentukan waktunya.
Beliau berangkat sendiri ke Pasuruan dengan menumpang bus regular alias bus biasa kelas ekonomi. Berangkat dari Pandangan menuju Surabaya, selanjutnya disambung bus kedua menuju Pasuruan.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait