JAKARTA, iNewsSemarang.id - Menyikapi penentuan awal Ramadan 2022 yang berpotensi berbeda antara Muhammadiyah (MD) dengan Nahdlatul Ulama (NU) serta pemerintah, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan meminta perbedaan tidak dijadikan bahan saling mengejek atau melecehkan.
Perbedaan tersebut diminta dijadikan sebagai sebuah hal untuk saling bertenggang rasa, toleran dan tasamuh atau saling menghormati sesama umat muslim.
"Yang penting kita minta dalam perbedaan jika terjadi, harus menimbulkan rasa tenggang rasa, sikap yang toleran, tasamuh. Sehingga jangan muncul sikap yang melecehkan apalagi mengejek sampai terjadi fitnah," kata Amirsyah dalam diskusi FMB9 yang disiarkan secara daring, Senin (28/03/2022).
Amirsyah mengatakan, dalam penetapan awal bulan Ramadan memang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pendekatan hisab ada pendekatan ruqyah.
Kedua metode tersebut menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kajian-kajian ilmiah.
"Sebenarnya hisab dan ruqyah ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena itu saling mengonfirmasi. Sehingga mendekatkan kepada 1 Ramadhan itu pasti," ujar Amirsyah.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait