Kabar Duka! Direktur RS Indonesia di Gaza dr. Marwan Al-Sultan dan Keluarga Gugur Dibom Israel

Muhaimin
Direktur RS Indonesia di Gaza, Dr Marwan Al-Sultan, telah meninggal bersama keluarganya setelah apartemen tempat mereka tinggal diserang pasukan Israel. Foto/X @suppressednws

GAZA, iNewsSemarang.id - Pemerintah Republik Indonesia (RI) melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berduka. Direktur Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Dr Marwan Al-Sultan dan keluarganya gugur usai apartemen tempat mereka tinggal diserang pasukan Israel.

"Indonesia turut berduka atas wafatnya Dr Marwan Al-Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza, beserta keluarganya pada tanggal 2 Juli 2025 dan mengutuk serangan Israel tersebut," tulis Kemlu RI di akun X-nya; @Kemlu_RI, Kamis (3/7/2025).

Pejabat medis Gaza mengatakan dokter Marwan meninggal bersama istri, anak perempuan, dan saudara perempuannya, akibat serangan militer Israel di apartemen mereka.

"Kita semua berduka dan kehilangan atas wafatnya Dr Marwan Al-Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Palestina, beserta keluarganya hari ini," tulis Wakil Menlu Anis Matta.

"Dr Marwan dan keluarganya bertahan hingga titik darah penghabisan, di tempat perjuangan yang telah berulang kali dibom dan dihancurkan," imbuh dia.

"Semoga Allah SWT mencatat pahala dan syahidnya almarhum berserta keluarganya. Dan kita yang ditinggalkan mendapatkan inspirasi untuk melanjutkan dukungan kita terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina," paparnya.

RS Indonesia merupakan fasilitas medis terbesar di utara Kota Gaza dan jalur kehidupan penting bagi warga sipil di daerah tersebut sejak dimulainya perang yang berlangsung hampir 21 bulan di wilayah tersebut.

Diaa Al-Najjar, keponakan Marwan Al-Sultan, mengatakan pamannya tidak pernah berhenti bekerja di tengah perang, bahkan untuk sesaat.

"Dia terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir," katanya kepada CBC News di Kota Gaza.

"Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita," ujarnya.

Jenazah dokter Marwan Al-Sultan dan keluarganya tiba di Rumah Sakit Shifa dalam keadaan berkeping-keping, menurut Issam Nabhan, kepala departemen keperawatan di RS Indonesia.

RS Indonesia telah dikepung pasukan Israel sejak bulan Mei, dan dievakuasi bersama dua rumah sakit utama lainnya di Gaza utara, setelah pasukan Israel memperbarui serangan mereka di wilayah tersebut. Militer Israel berdalih serangan tersebut menargetkan infrastruktur Hamas.

Hanya 20 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian pada bulan Mei, sementara yang lain terpaksa tutup akibat kerusakan akibat serangan Israel.

Médecins Sans Frontières (MSF) dan kelompok bantuan lainnya menuduh Israel menargetkan rumah sakit dan mengutuk serangan dan penangkapan pekerja medis.

Munir Al-Barash, direktur jenderal Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan pembunuhan dokter Marwan Al-Sultan adalah kematian terbaru dalam daftar panjang pekerja layanan kesehatan yang menjadi sasaran di Jalur Gaza.

"Dr Marwan Sultan dikepung [tentara Israel] di Rumah Sakit Indonesia.. dan dia bersikeras melanjutkan operasi dan tidak berhenti," kata Al-Barash mengatakan kepada videografer lepas CBC News Mohamed El Saife pada hari Rabu di luar RS Al-Shifa di Kota Gaza.

Lebih dari 1.500 petugas kesehatan telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Kementerian tersebut juga mengatakan jumlah korban tewas di Gaza melewati angka 57.000 pada hari Selasa hingga Rabu, setelah rumah sakit menerima 142 jenazah pada Rabu malam.

Sejak Rabu dini hari, serangan Israel menewaskan total 40 orang di seluruh Jalur Gaza, kata Kementerian Kesehatan Gaza. Pejabat rumah sakit mengatakan sedikitnya empat anak dan tujuh wanita termasuk di antara yang tewas.

Militer Israel mengeklaim sedang menyelidiki laporan tentang serangan tersebut.

Kematian terbaru di Gaza terjadi saat Hamas mengatakan sedang mempelajari apa yang disebut Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai proposal gencatan senjata terakhir untuk Gaza.

Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa Israel telah menyetujui persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan gencatan senjata 60 hari dengan Hamas setelah apa yang dia gambarkan sebagai pertemuan yang panjang dan produktif antara perwakilannya dan pejabat Israel.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan sedang mempelajari tawaran gencatan senjata baru yang diterimanya dari mediator Mesir dan Qatar tetapi menekankan bahwa mereka bertujuan untuk mencapai kesepakatan yang akan memastikan berakhirnya perang dan penarikan Israel dari Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerukan pemusnahan Hamas dalam pernyataan publik pertamanya sejak pengumuman Trump.

"Tidak akan ada Hamas. Tidak akan ada Hamastan. Kami tidak akan kembali ke masa itu. Sudah berakhir," kata Netanyahu dalam sebuah pertemuan yang diselenggarakan oleh jaringan pipa Trans-Israel.

Editor : Arni Sulistiyowati

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network