Di Balik Kemegahan Tugu Monas, Perancangnya Seorang Seniman yang Tak Pernah Sekolah Arsitektur

JAKARTA, iNewsSemarang.id – Tugu Monumen Nasional (Monas) yang dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari penjajah memiliki desain yang khas.
Bangunan setinggi 132 meter itu dibuka untuk umum pada 12 Juli 1975. Di puncak Monas terdapat mahkota lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan menyala-nyala rakyat Indonesia.
Monas mulai dibangun pada Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban, dan Ir Rooseno selaku konsultan. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.
Tugu Monas punya ciri khas tersendiri. Sebab arsitektur dan dimensinya melambangkan kias kekhususan Indonesia.
Bentuk yang paling menonjol yaitu tugu yang menjulang tinggi dan pelataran cawan yang luas mendatar. Di atas Tugu Monas terdapat api menyala seakan tak kunjung padam. Hal ini melambangkan keteladanan semangat bangsa Indonesia yang tidak pernah surut berjuang sepanjang masa.
Gagasan awal pembangunan Monas muncul setelah sembilan tahun kemerdekaan diproklamasikan. Beberapa hari setelah peringatah HUT ke-9 RI, dibentuk Panitia Tugu Nasional yang bertugas mengusahakan berdirinya Tugu Monas.
Panitia ini dipimpin Sarwoko Martokusumo, S Suhud selaku penulis, Sumali Prawirosudirdjo selaku bendahara dan dibantu oleh empat orang anggota masing-masing Supeno, K K Wiloto, E F Wenas, dan Sudiro.
Panitia pembangunan Monas dinamakan ”Tim Yuri” yang diketuai langsung Presiden Soekarno. Melalui tim ini, sayembara diselenggarakan dua kali. Sayembara pertama digelar pada 17 Februari 1955, dan sayembara kedua digelar 10 Mei 1960.
Editor : Sulhanudin Attar