SEMARANG,iNewsSemarang.id - Tragedi kericuhan suporter di Stadion Kanjuruhan Malang pada Sabtu (1/10/2022) malam menjadi peristiwa paling mengerikan sepanjang sejarah di dunia setelah insiden paling buruk Peru, pada 5 Mei 1964.
Dalam insiden tersebut polisi sebelumnya menyatakan 127 orang tewas, dua di antaranya adalah anggota polisi yang bertugas. Sementara, Twitter @arema fc merilis jumlah korban terbaru sebanyak 182 orang.
Kericuhan melibatkan pendukung suporter Arema FC dan Persebaya Surabaya. Polisi kemudian menyemprotkan tembakan gas air mata yang membuat suporter kocar-kacir berusaha menyelamatkan diri. Diduga ini berakibat terjadi penumpukan manusia, para suporter pun terinjak-injak oleh pendukung lainnya.
Menurut keterangan polisi, para korban meninggal rata-rata kehabisan oksigen, karena tidak bisa bernapas setelah terinjak-injak oleh suporter lainnya.
Sementara dalam tragedi Bentrok Suporter dan Polisi di Estadio Nacionale Disaster Peru yang terjadi pada 24 Mei 1964 menyebabkan sebanyak 328 orang tewas.
kericuhan terjadi pertandingan antara Peru melawan Argentina di kualifikasi Olimpiade Amerika Selatan. Untuk bisa lolos kualifikasi, Peru hanya butuh hasil imbang. Stadion itu penuh sesak dengan kapasitas 53.000, sedikit di atas 5% dari populasi Lima pada saat itu.
Dalam posisi tertinggal, wasit tidak mengesahkan gol pemain Peru, Kilo Lobaton setelah mengangkat kakinya memblokir bola dan bola memantul ke gawang. Tetapi wasit mengatakan itu pelanggaran.
“Tetapi wasit mengatakan itu pelanggaran, jadi dia tidak mengizinkannya. Inilah sebabnya kerumunan mulai menjadi sangat marah," cerita salah satu pemain Peru, Chumpitaz dilansir BBC.
Foto : Peruvian Institute of Sport/BBC
Editor : Maulana Salman