Menurut Nahar, Pemkot Semarang telah membuktikan jika Kota Lama tidak hanya spot berwisata tapi juga untuk mengembangkan potensi dan memasarkan berbagai produk.
"Satu bukti bahwa Pemerintah Kota Semarang sudah memfasilitasi itu, karena itu adalah kewajiban pemerintah kota. Kota Semarang membuktikan bahwa bisa mengakses Kota Lama bukan hanya untuk berwisata tapi juga untuk mengembangkan potensi dan memasarkan produk-produk hasil yang dibuatnya (penyandang disabilitas). Dari Semarang mudah-mudahan kota-kota lain juga akan ikut," lanjut Nahar.
Festival Kreatif Inklusif juga dimeriahkan oleh beragam asosiasi dan komunitas penyandang disabilitas dari Semarang yang hadir dan tampil dalam beragam karya seni di sekitar kawasan Jalan Kepodang, Kota Lama.
Salah satunya adalah Widji Astuti, pemilik Serodja Widji Batik. Dirinya merupakan perempuan muda pengrajin batik-sekaligus pengusaha muda penyandang disabilitas asal Yogyakarta yang membuat batik dengan teknik lukisan air Suminagashi Jepang.
Dirinya memulai teknik ini untuk mengatasi kurangnya ketangkasan jarinya. Dalam fashion show Festival Kreatif dirinya berkolaborasi dengan dua merek usaha milik pengusaha muda lainnya, yaitu @muhammadbayuindonesia oleh Mochamad Bayu Noviantoro dan Alifati dari brand Lipcraft.
Keduanya dari Semarang, untuk mengembangkan koleksi fesyen baru bernama Tutur Batin yang dipertunjukkan dalam fesyen show kali ini. Batik lukisan air karya Widji telah menginspirasi Bayu dan Alif untuk merancang pakaian baru yang indah beserta asesorinya.
Editor : Maulana Salman