Menurut Mbak Ita, agar optimal penanganan stunting tidak hanya menyasar pada anak saja tetapi juga ibu hamil dan remaja calon pengantin. Karena ibu hamil dan remaja putri yang tidak cukup gizi berpotensi menghasilkan keturunan stunting.
“Ibu hamil anemia, kemudian kita intervensi. Kalau berat 5 bulan kalau ringan 2 bulan. 2 bulan sebenarnya ini kan ringan. Ada orang 800 anemia harusnya tidak susah dibanding penduduk 1,7 jiwa. Kenapa turunnya ini tidak signifikan? Ini kan warning,” kata Mbak Ita.
Pihaknya juga menghimbau jajarannya agar memiliki data stunting per-kelurahan sehingga penanganan yang dilakukan dapat lebih cepat dan terarah. Karena saat ini, data stunting baru tersedia per-Puskesmas.
“Padahal Puskesmas itu kan memegang beberapa kelurahan juga. Ini kalau didiamkan lama-lama banyak lagi (stuntingnya). Namanya rembugan ya harus menguasai. Makanya saya harapkan semua bisa dipahamkan dan melepas ego sektoral,” pungkas Mbak Ita.
Editor : Maulana Salman