SEMARANG, iNewsSemarang.id - Program humanity for green life (kemanusiaan terkait penghijauan) terus digalakkan oleh Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Semarang untuk mengatasi dampak pencemaran udara yang disebabkan adanya kebakaran sampah, asap pabrik dan juga kendaraan bermotor. Lingkungan yang tercemar tersebut memiliki dampak negatif untuk kesehatan secara keseluruhan.
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris PMI Kota Semarang, Ratnaningdyah Hasna Zahari kepada Wartawan dalam acara Coffee Morning bersama Mitra dan Relawan bertempat di Gedung Unit Donor Darah PMI Kota Semarang, Jalan MGR Soegijapranata, No. 31, Kota Semarang, Senin (5/2/2024).
"Adanya kebakaran TPA Jatibarang, itu kan banyak pohon-pohon yang habis sehingga kami ini prihatin. PMI ini kan mitranya Pemkot Semarang, sehingga PMI ini juga harus mengupayakan bagaimana supaya masyarakat kita butuh oksigen, kalau dikaitkan dengan kesehatan itu juga lingkungan ini sangat diperlukan dan harus diperjuangkan," ucap Ratna.
Untuk mendukung program tersebut, kata Ratna, PMI kota Semarang telah menggandeng para relawan dan Palang Merah Remaja (PMR) dari SD, SMP, SMA, serta Perguruan Tinggi.
"Selain memanfaatkan duta-duta kemanusiaan yang kita punya untuk masuk ke sekolah-sekolah mereka, kami juga melibatkan TSR, Sibat (relawan). Kami juga bekerja sama dengan dinas terkait, baik DLH, BPBD karena ini nyambung, kita juga melibatkan Disperkim dan Dinas pertanian karena masing-masing Dinas ini bibitnya ternyata berbeda," ujarnya.
Berbeda dengan tahun 2023 lalu yang mengangkat isu bullying, tahun 2024 ini, PMI Kota Semarang mengangkat tema penghijauan yang dibarengi dengan bulan dana PMI.
"Sebetulnya sebelum TPA Jatibarang ini terbakar, kami ini sudah mencanangkan, ternyata ini kok juga ngelink ke PMI pusat, dan temanya lingkungan tahun ini ternyata sama. Untuk kick offnya itu nanti tanggal 7 Februari di SMK Negeri 10, kami bekerja sama dengan Pelindo peti kemas, di sana nanti ada penanaman pohon, kemudian ada penyuluhan terkait narkoba juga, nanti dr Awal yang akan menyampaikan," tutur Ratna.
Ratna berharap, kedepannya, kegiatan Coffee Morning tersebut bisa dilaksanakan setiap bulan sekali. Hal itu dimaksudkan agar stakeholder yang ada bisa saling berdekatan.
"Kalau mereka itu mau minta informasi tentang darah, mau minta informasi tentang bencana, karena kan kalau di 112, PMI ini kan pasti dilibatkan, seperti pengambilan korban kecelakaan dan apapun, kami ini mereka bisa tahu, tidak terhalang berita apapun mereka bisa langsung ke PMI karena PMI ini milik mereka, milik masyarakat kota Semarang," ungkapnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto melalui Kabid Darurat Logistik, Anggie Ardhitia yang hadir menjadi narasumber dalam kegiatan tersebut mengungkapkan, untuk mengantisipasi dan penanganan terhadap bencana, pihaknya telah membentuk Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di tingkat sekolah-sekolah.
"Memang kami di BPBD Kota Semarang ada program namanya SPAB, kita baru mulai bentuk itu tahun kemarin tahun 2023. Kita punya target bahwa di kota Semarang ini semua sekolahan mulai dari SD, SMP, SMA apalagi mereka yang berpotensi terkait aman bencana itu bisa kita bentuk untuk SPAB. Karena kenapa, SPAB ini anggotanya bukan hanya siswa, tetapi juga dari pengurus sekolah maupun guru, termasuk Komite," paparnya.
Sebelum deklarasi SPAB dilaksanakan, imbuh Anggie, sesuai dengan standardnya, para peserta juga diberikan pelatihan-pelatihan, termasuk simulasi bagaimana menghadapi bencana yang terjadi.
"Sehingga akses untuk penanganan mitigasi itu agar supaya lebih maksimal, dan itu kita juga melibatkan wilayah sekitar, relawan atau organisasi yang di sekitar sekolahan, kita masukkan kedalam SPAB, jadi termasuk juga untuk ke dinas pendidikan dan lain-lain itu mereka harus aktif," pungkasnya.
Editor : Maulana Salman