get app
inews
Aa Read Next : Kenapa Cuaca Terasa Gerah Akhir-akhir Ini? Begini Penjelasan BMKG

Musim Pancaroba Maret-April, BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem

Minggu, 25 Februari 2024 | 12:37 WIB
header img
BMKG mengeluarkan peringatan dini potensi terjadinya cuaca ekstrem selama periode pancaroba atau peralihan musim yang diprakirakan berlangsung pada Maret-April 2024. (IST)

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini potensi terjadinya cuaca ekstrem selama periode pancaroba atau peralihan musim yang diprakirakan berlangsung pada Maret-April 2024. BMKG mengimbau masyarakat agar mewaspadainya.

“Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es,” jelas Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu (25/2/2024). 

Berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia. Hal ini, mengindikasikan wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di Maret hingga April.

Berdasarkan analisa dinamika atmosfer yang dilakukan BMKG didapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia. Hal ini, mengindikasikan wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di Maret hingga April.

Dwikorita menjelaskan salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. 

Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Karakteristik hujan pada periode ini, lanjut Dwikorita, cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan. “Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya keabu-abuan dengan tepian yang jelas,” paparnya. 

Editor : Ahmad Antoni

Follow Berita iNews Semarang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut