Sementara Muhammadiyah juga mengimbau masyarakat tak mempermasalahkan jika nantinya terjadi perbedaan penetapan waktu awal Ramadhan.
“Perbedaan itu selalu ada di tiap segi apapun dalam kehidupan manusia, juga terjadi dalam pemahaman agama. Perbedaan awal atau akhir Ramadhan sudah sering terjadi untuk itu saya yakin masyarakat sudah terbiasa,” kata Ketua PP Muhammadiyah, Dadang Kahmad, Minggu (25/2/2024).
Dia mengatakan, hal itu tidak masalah sebagaimana juga yang terlah terjadi pada waktu yang lalu. Seperti diketahui, penetapan waktu Ramadhan sudah terjadi beberapa kali dan potensi perbedaan itu juga kemungkinan terjadi kembali di tahun ini. “Ya saling menghormati perbedaan tersebut. Selamat menunaikan ibadah puasa,” kata Dadang.
Sebelumnya, diberitakan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah melalui Lembaga Tarjih dan Tajdid menyampaikan hasil hisap awal Ramadan 1445 Hijriah yang jatuh pada Senin 11 Maret 2024. Selain awal Ramadan, hasil hisab yang ditandatangani pada 26 Desember itu juga menentukan 1 Syawal dan 10 Dzulhijah.
Dalam surat yang ditandatangani oleh Hamim Ilyas dan Atang Solohin tersebut tercatat beberapa hasil hisab. Dituliskan bahwa 1 Ramadan 1445 H jatuh pada Senin Pahing, 11 Maret 2024. Sementara untuk 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 10 April 2024 dan 10 Dzulhijah jatuh pada Senin Kliwon 17 Juni 2023.
BMKG sempat merilis laporan prediksi ketinggian hilal untuk menentukan awal Ramadhan di Indonesia yang hasilnya diprediksi berbeda. Laporan BMKG menyebutkan awal Ramadhan berpotensi jatuh pada hari yang berbeda sesuai dengan penghitungan yang digunakan.
Laporan BMKG menyebutkan, pada 10 Maret 2024, waktu matahari terbenam paling awal adalah pukul 17.51 WIT di Waris, Papua. Sementara waktu matahari terbenam paling akhir adalah pukul 18.50 WIB di Banda Aceh, Aceh.
"Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi setelah matahari terbenam tanggal 10 Maret 2024 di sebagian wilayah Indonesia," tulis BMKG.
Editor : Ahmad Antoni