Dia mengatakan, alasan pembagian roti ganjel rel dan kue keranjang merupakan tanda keberagaman budaya di Kota Semarang. Terlebih juga karena perayaan Hari Raya Imlek yang berdekatan dengan Ramadan.
Menurutnya, warga keturunan Tionghoa dengan umat Muslim di Kota Semarang saling mendukung. Kondisi itu menunjukkan tingginya toleransi di tengah akulturasi budaya dan agama sejak dulu.
"Kemarin kami mendapatkan support dari Paguyuban Tionghoa membagi kue keranjang. Dari pada sendiri-sendiri dijadikan satu, itu memang akulturasi budaya, ada Tionghoa, Arab, dan Jawa," katanya.
Seperti diketahui, tradisi Dugderan menyambut Ramadan di Kota Semarang tahun ini akan lebih meriah dengan adanya bedug raksasa dan gunungan kue ganjel rel lebih banyak. Sebelum itu, digelar Pasar Dugderan di Jalan Kiai Agus Salim yang dimulai 28 Februari 2024.
Prosesi tahunan menyongsong Ramadan yang menjadi kearifan lokal ibu kota Jawa Tengah tersebut mengedepankan akulturasi budaya melalui binatang imajiner Warak Ngendog.
Editor : Ahmad Antoni