get app
inews
Aa Text
Read Next : Daftar 8 Tempat Sarapan Pagi di Semarang, Menunya Enak dan Bikin Kegihan

Kisah Pilu Vita Azahra, Anak Pasutri Tuna Netra yang Tak Lolos PPDB SMA Negeri di Semarang

Jum'at, 05 Juli 2024 | 07:30 WIB
header img
Orang tua Vita Azahra kecewa anaknya tak diterima di SMA Negeri lewat PPDB. (IST)

SEMARANG, iNewsSemarang.id – Sungguh pilu nasib yang dialami Vita Azahra, anak pasangan suami istri (pasutri) tuna netra Warsito (39) dan Uminiah (46). Impiannya untuk sekolah di SMA Negeri terancam pupus.

Pasalnya, dia tak lolos Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMA Negeri. Vita pun hanya bisa pasrah menerima nasibnya. “Saya pengen masuk di SMA Negeri,” ucapnya ketika ditemui Zaenal Petir, penasehat ikatan tuna netra muslim Indonesia (ITMI) Kota Semarang di rumahnya, Jalan Gondang Raya No 17 Rt 3 Rw 1 Kelurahan/Kecamatan Tembalang.

Sementara, Umainah mengaku tidak mampu untuk menyekolahkan anaknya ke SMA swasta. Sebab itu, dia berharap anaknya bisa sekolah di SMA negeri.

“Ya karena SMA negeri sama sekali tak ada pungutan. Dari segi jarak, sekolah yang dituju tak terlalu jauh sehingga bisa menghemat ongkos,” ungkap Umainah.

Berbagai usah telah dilakukannya demi menyekolahkan anak ke SMA negeri. Dia juga sudah mendatangi Dinas Pendidikan dan Dinas Sosial agar anaknya bisa mendaftar melalui jalur afirmasi. 

Namun upaya itu tidak bisa dilakukan karena berdasar data di Dinas Sosial, keluarganya dianggap kategori rentan miskin atau P4 dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

"Saat verifikasi berkas ditanya mau masuk jalur apa? Ya saya bilang mau afirmasi tapi katanya enggak bisa. Ke di Disdik sama Dinsos juga enggak bisa katanya sistem. Udah verifikasi dua kali sampai waktunya mau habis," ungkapnya.

Sementara, Zaenal Petir mengaku sangat prihatin atas keteledoran dan ketidakcermatan petugas verifikasi dan validasi mulai dari Kelurahan hingga Kementerian Sosial, sehingga warga yang mestinya kategori ekstrem miskin atau P1 tidak masuk kategori tersebut.

“Dampaknya jadi anaknya tidak bisa diterima di sekolah negeri karena ketika daftar lewat jalur affirmasi, tidak bisa ngeklik di aplikasi pendaftaran karena anaknya yang kedua ortu tuna netra masuk klasifikasi P4 yang dikategorikan mampu,” ujar Zaenal kepada iNewsSemarang.id.

Padahal, ungkap dia, kedua orang tuanya tuna netra, rumah kontrak dan profesi tukang pijat yang kadang seminggu juga tidak ada pemasukan. Pendapat tergantung kalau ada orang yang pijat.

" Saya minta pemerintah dalam hal ini Dinsos untuk melakukan verifikasi dan validasi ulang supaya bisa masuk P1 atau P2 kategori ekstrem miskin atau sangat miskin. Juga anak tersebut harus bisa sekolah bagaimana caranya, saya ga mau tahu," tegas Zaenal yang juga Ketua LBH PETIR Jateng.
 

Editor : Ahmad Antoni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut