SEMARANG, iNewsSemarang.id - Guru punya posisi strategis untuk menanamkan sikap anti-korupsi kepada anak didiknya. Tak terkecuali anak didik yang masih duduk di sekolah dasar (SD). Memanfaatkan teknologi digital yang makin berkembang, celah ini bisa dimanfaatkan agar pendidikan anti-korupsi bagi anak-anak menjadi makin menarik.
Hal itu yang mendorong Tim pengabdian Program Studi (Prodi) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) Universitas Negeri Semarang (Unnes) melatih para guru di SD Islam Hasanuddin 3 Kota Semarang.
Kegiatan yang digelar pada Juni itu, dimotori Noviani Achmad Putri selaku Ketua. Anggotanya; Moh. Solehatul Mustofa, Asep Ginanjar, Aisyah Nur Sayidatun Nisa, Yadi Suryadi dan Radini Sinta. Para mahasiswa juga diajak memberikan pelatihan.
Tim itu melatih para guru menguasai teknologi digital sekaligus memanfaatkannya menjadi media pembelajaran anti-korupsi bagi anak didiknya.
“Pencegahan dan pemberantasan korupsi memerlukan penanganan dari hulu sampai hilir, salah satu pencegahannya memberikan edukasi kepada guru-guru bagaimana membuat media pembelajaran yang menarik berbasis digital,” kata Noviani Achmad Putri pada keterangannya yang diterima, awal Juli.
Dia melanjutkan, anak-anak SD merupakan digital native generations yang sejak lahir sudah tumbuh dan berkembang sejalan dengan kemajuan teknologi digital. Hal itu memungkinkan informasi sangat mudah diakses.
“Di sinilah kompetensi guru mengalami pergeseran, di mana seorang guru dituntut harus bisa menguasai teknologi digital untuk inovasi edukasi, salah satunya menanamkan nilai-nilai anti-korupsi,” lanjutnya.
Literasi digital untuk menanamkan nilai-nilai anti-korupsi itu adalah dengan menggunakan e-Modul Pendidikan Anti-Korupsi Berbasis Kearifan Lokal dalam Pembelajaran. Modul digital ini jadi pedoman agar para guru lebih mudah menanamkan nilai-nilai anti-korupsi kepada anak didiknya.
Editor : Maulana Salman