JAKARTA, iNewsSemarang.id - Di tengah belantara Kalimantan Barat, kisah heroik Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono terukir dalam sejarah perjuangan melawan PKI. Saat itu, beliau masih berpangkat Kapten dan memimpin Tim Halilintar, pasukan elite Kopassus yang bertugas membasmi sisa-sisa PKI di wilayah tersebut.
Sebagai ujung tombak Operasi Sapu Bersih (Saber) II (1967-1969) dan III (1969-1970), serta rangkaian operasi oleh pelaksana khusus daerah (Laksusda) di Kalimantan Barat (1970-1974), Tim Halilintar di bawah komando Hendropriyono ditugaskan untuk mencari dan menangkap hidup atau mati para anggota eks Comite Daerah Besar (CBD) PKI Kalbar dan memberantas aktivitas PKI di sepanjang pantai barat Kalimantan.
Buku Kopassus Untuk Indonesia menuliskan, pada Operasi Gelombang Empat yang berlangsung dari Agustus hingga Desember 1973, Tim Halilintar fokus memburu Sukirjan alias Siauw Ah San (Hassan), sekretaris PKI/GABA di daerah Lo Nam Kok (daerah sungai Cina di Kab. Mempawah).
Setelah penggalangan dan pengumpulan informasi yang matang, tim memutuskan untuk menangkap Hassan pada 4 Desember 1973 pukul 15.00. Tim dibagi menjadi empat kelompok: penyergap, pembersih, penutup, dan cadangan. Hendropriyono memimpin kelompok penyergap dengan lima orang anggota.
Dengan dibantu tunangan Hassan, tim penyergap masuk ke rumah target dan menemukan Hassan sendirian. Serangan pun dimulai, dengan tim mengepung dan menerobos masuk.
Namun, Hassan memberikan perlawanan sengit menggunakan bayonet. Pelda Konselani terluka parah dan harus dibawa keluar oleh rekan-rekannya. Saat Pelda Konselani dievakuasi, Hassan mengalihkan perhatiannya kepada Kapten Hendropriyono, yang akhirnya terluka di beberapa bagian tubuhnya.
Pertempuran sengit pun terjadi. Hendropriyono menarik pistolnya dan menembakkan dua peluru ke tubuh Hassan. Hassan tewas di tangan Tim Halilintar dengan tembakan akhir dari dua anggota tim lainnya.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta