Soemardi, Legenda Hidup Serangan Umum 1 Maret yang Gemar Baca Qur’an dan Koran

SEMARANG, iNewsSemarang.id - Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta masih membekas dalam ingatan Letda CPM Purn R Soemardi. Saat itu Soemardi bergabung dalam Satuan Polisi Tentara (PT), sekarang dikenal sebagai Polisi Militer (PM).
Perjuangan Soemardi diawali dari organisasi kepemudaan yang berjuang untuk kemerdekaan di era penjajahan Jepang. Pasca Proklamasi Kemerdekaan dan Belanda mulai menguasai kembali Indonesia, Soemardi baru bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan pembentukan Tentara Republik Indonesia (TKR) masuk dalam kesatuan Polisi Tentara.
Pria kelahiran Kampung Jlagran Yogyakarta, 17 Mei 1926 (data administrasi 1929) ini dibesarkan di dalam Benteng. Keterlibatannya diawali dengan memanggul senjata karena tertarik dengan penampilan sepupunya bernama Sumaryadi yang tinggal di Desa Mejing Gamping, Sleman.
"Saat itu saya masih usia belasan melihatnya gagah. Berpakaian tentara dengan peci dan baret serta membawa senjata. Akhirnya saya bisa bergabung BKR dan masuk satuan Polisi Tentara di Kompi 26,” kenang Soemardi.
“Di Jogja saat itu ada Denpom dan Kompi 26 Polisi Tentara. Kompi ini terlibat dalam operasi-operasi pendukung pertempuran termasuk Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949. Saat itu Serangan Oemoem berhasil menurunkan moril pasukan Belanda. Pertempuran ada di mana-mana untuk merebut Yogyakarta. Banyak korban di kita karena persenjataan tidak berimbang," kata R Soemardi yang pensiun tahun 1977 dinas terakhir di Pomdam VII (sekarang IV) Diponegoro.
Soemardi mengungkapkan, saat itu dia ditugaskan bertempur di Sektor Barat Yogyakarta. Bahkan pertempuran melebar karena tekanan tentara Belanda menurutnya sangat luar biasa. Dalam ingatannya, dia pernah mendapatkan tugas meledakkan dinamit dalam operasi penghancuran jembatan Kali Bedog Kecamatan Gamping, Sleman.
"Jembatan itu harus kami hancurkan untuk menyekat supaya pasukan Belanda tidak bisa menyeberang untuk memburu pejuang. Ledakannya besar sekali sampai kami merasa ketakutan kalau tiba-tiba Belanda muncul mencari dan mendekati sumber bunyi ledakan,” ujar Soemardi.
Editor : Sulhanudin Attar