Kolaborasi BBWS Pemali Juana dan Pemkot Semarang: Sinergi Tanpa Henti Atasi Genangan yang Meluas
![header img](https://img.inews.co.id/media/600/files/networks/2025/02/07/a7c3a_pemkot-semarang.jpg)
SEMARANG, iNewsSemarang.id - Curah hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kota Semarang sejak 30 Januari 2025 menyebabkan genangan di berbagai wilayah, terutama di Kecamatan Pedurungan, Gayamsari, dan Genuk. Untuk mengatasi dampak genangan yang semakin meluas, Pemerintah Kota atau Pemkot Semarang bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali Juana bergerak cepat dengan mengoptimalkan rumah pompa serta menerapkan langkah-langkah strategis dan darurat guna mempercepat surutnya air.
Dalam rapat khusus penanganan genangan, Kamis (6/2) yang digelar Pemkot Semarang bersama BBWS, kepala BBWS Pemali Juana, Fikri Abdurrohman mengungkapkan jika pihaknya secara intensif terus melakukan upaya-upaya agar genangan yang terjadi bisa semakin surut. Pada kesempatan tersebut, pihaknya juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat yang terdampak genangan di wilayah timur dan juga Plumbon, Ngaliyan.
"Kami mohon maaf kepada masyarakat yang terdampak genangan. Kami akui bahwa hampir semuanya terjadi akibat pompa Tenggang dan Sringin tidak berfungsi secara optimal," tutur Fikri.
Namun dirinya menuturkan jika pompa Kali Tenggang dan Sringin dalam waktu dekat akan menyala sebanyak 5 unit. "Tim penyelam kami telah memperbaiki pompa yang mati, sehingga Insyaa Allah sebentar lagi dalam dua hari akan menyala 5 unit pompa," lanjut Fikri.
Meski demikian, dirinya menegaskan jika proses ini tidak mengurangi upaya pihaknya bersama Pemerintah Kota Semarang untuk dapat mengurangi beban masyarakat yang terdampak genangan. "Dua unit pompa di Sampangan juga sudah kita kerahkan sehingga pelan-pelan kita perbaiki upaya menangani genangan," imbuhnya.
Terkait tanggul kali Plumbon yang jebol, pihaknya akan melakukan pemasangan batu kali untuk mengatasi 3 titik di Plumbon yang jebol. "Akan kita kerjakan dalam kurun waktu 7 atau 10 hari," tutup Fikri.
Salah satu kendala utama dalam penanganan genangan di kota Semarang adalah keterbatasan operasional beberapa rumah pompa utama yang berperan vital dalam mengalirkan air ke sungai dan laut.
Seperti diketahui kondisi terkini rumah pompa di wilayah terdampak, antara lain rumah pompa Tenggang di mana dari lima unit pompa yang tersedia, hanya tiga yang beroperasi. Sementara dua unit lainnya masih dalam perbaikan oleh vendor. Salah satu penyebabnya adalah tumpukan sampah dan enceng gondok yang menghambat aliran air serta mengurangi efektivitas pompa.
"Kemudian di Rumah Pompa Sringin, pompa masih berfungsi, tetapi genangan tetap terjadi di Trimulyo dan sekitar Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Hal ini diperkirakan akibat adanya sumbatan di saluran air menuju rumah pompa," terang wali kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu.
Untuk mempercepat penanganan dan mengurangi dampak genangan, Pemkot Semarang telah menerapkan langkah-langkah antara lain dengan menambahkan mobile pump di beberapa titik seperti Rumah Pompa Tenggang sebanyak 1 unit pompa milik BPBD, di belakang Terminal Terboyo sebanyak 1 unit pompa milik DPU, kemudian Kudu sebanyak 1 pompa milik BPBD, Gebanganom sebanyak 2 unit pompa dari DPU.
"Selanjutnya, di wilayah Padi Raya sejumlah 1 mobile pump milik DPU, di Muktiharjo Kidul sejumlah 1 unit mobile pump milik DPU serta penambahan pompa portable sebanyak 6 pompa di sepanjang Kaligawe Raya," terang wali kota yang akrab disapa Mbak Ita.
Pembuatan tanggul darurat menggunakan sandbag juga dilakukan guna menutup jebolan Kali Plumbon. Pemasangan sandbag di Jalan Kaligawe Raya pun dilakukan guna menahan limpasan Kali Tenggang.
Melalui Dinas Pekerjaan Umum (DPU) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Pemkot Semarang juga melakukan pengerukan sedimen serta pembersihan sampah dan enceng gondok. Ponton dari Kali Semarang juga digunakan untuk mempercepat pembersihan di Kali Tenggang.
Tak hanya yang bersifat jangka pendek, sebagai langkah strategis jangka panjang, Pemkot Semarang bersama BBWS Pemali Juana tahun ini mulai melakukan normalisasi Kali Tenggang dan Kali Sringin melalui program National Urban Flood Resilience Project (NUFReD).
Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas tampung sungai sehingga air dapat mengalir lebih cepat dan risiko genangan dapat ditekan secara signifikan.
Proyek ini tetap berjalan meskipun terdapat Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang membatasi beberapa proyek infrastruktur.
Saat ini, proses lelang telah selesai dan hanya menunggu persetujuan kontrak dari Kementerian sebelum bisa segera dieksekusi. “Kami berharap persetujuan kontrak dapat segera diterbitkan agar proyek ini bisa dimulai sesegera mungkin. Normalisasi Kali Tenggang dan Sringin sangat penting untuk mengurangi risiko banjir di Kota Semarang,” ujar Mbak Ita.
Melalui kolaborasi ini, Pemkot Semarang dan BBWS Pemali Juana berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam menangani banjir dan meningkatkan ketahanan kota terhadap bencana hidrometeorologi. Masyarakat diharapkan juga dapat tetap bersabar dan mendukung upaya pemerintah guna mewujudkan Semarang yang lebih tangguh dan bebas dari genangan.
Editor : Maulana Salman