3 Kader PDIP Loyalis Mega Ditahan KPK dalam Dua Hari Berturut, Ada Apa?

JAKARTA, iNewsSemarang.id – Tiga kader PDI Perjuangan (PDIP) ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam dua hari berturut. Ketiga loyalis Mega (Megawati Soekarnoputri) itu yakni Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Wali Kota Semarang periode 2023-2025 Hevearita Gunaryanti Rahayu dan suaminya, Alwin Basri.
Hasto Kristiyanto ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Kamis (20/2/2025). Dia mengenakan rompi oranye usai diperiksa sebagai tersangka selama sekitar delapan jam.
Pantauan di lokasi, Hasto menuruni lantai dua lokasi pemeriksaan dengan tangan terborgol. Dia digiring tim KPK ke ruang konferensi pers.
Hasto sempat mengepalkan tangan kanan saat berjalan di lobi Gedung KPK. Dia juga tampak tersenyum dan bersalaman dengan para kader PDIP seperti Adian Napitupulu dan Ribka Tjiptaning. Adapun Hasto Kristiyanto ditahan selama 20 hari ke depan.
“Guna kepentingan penyidikan, terhadap tersangka HK dilakukan penahanan selama 20 hari terhitung mulai tanggal 20 Februari 2025 sampai dengan tanggal 11 Maret 2025," kata Ketua KPK Setyo Budiyanto.
Diketahui, Hasto ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait PAW anggota DPR. Hasto bersama-sama dengan Harun Masiku diduga menyuap Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2017-2022 Wahyu Setiawan.
Hasto juga ditetapkan sebagai tersangka kasus perintangan penyidikan. Dia diduga memerintahkan Harun Masiku untuk merendam ponselnya di air dan melarikan diri ketika KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT).
Sehari sebelumnya, Rabu (19/2), KPK mengumumkan penetapan Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu alias Mbak Ita dan suaminya sekaligus Ketua Komisi D DPRD Jateng, Alwin Basri sebagai tersangka, Rabu (19/2/2025). Keduanya langsung ditahan.
Keduanya terjerat tiga perkara. Pertama, Mbak Ita dan Alwin diduga menerima uang fee proyek pengadaan meja kursi fabrikasi SD di Dinas Pendidikan Kota Semarang Tahun Anggaran 2023.
Dalam dugaan korupsi pengadaan kursi fabrikasi SD ini, Alwin menerima uang Rp1,75 miliar.
Selanjutnya, Alwin diduga terlibat dalam pengaturan pada proyek penunjukkan langsung di tingkat kecamatan pada tahun anggaran 2023. Dalam proyek tersebut Alwin diduga menerima uang sebesar Rp2 miliar.
Sementara dalam perkara permintaan uang ke Bapenda Kota Semarang, Mbak Ita dan suaminya diduga menerima uang Rp2,4 miliar. Uang tersebut dikumpulkan pada April-Desember 2023.
Editor : Ahmad Antoni