Bagaimana Kondisi Ekonomi Indonesia usai Diacak-acak Tarif Impor Trump?

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Kondisi terkini ekonomi Indonesia menjadi perbincangan usai diacak-acak oleh tarif impor Trump. Kabar baiknya, fundamental ekonomi Indonesia dipastikan tetap solid di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat.
Hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil di 5%, inflasi Maret 2025 yang terkendali di angka 1,03% (yoy), serta rasio kecukupan modal (CAR) perbankan yang mencapai 27%.
“Tadi sudah saya sampaikan bahwa DPK (Dana Pihak Ketiga) kita di atas 5% dan penyaluran kreditnya di atas 10,42%. Kemudian likuiditas perbankan terjaga, loan to deficit ratio-nya sudah juga di angka baik 88,92% dan juga kita lihat capital adequacy ratio-nya 27%. Sehingga sebetulnya perbankan kita solid dalam periode saat sekarang,” ujar Airlangga, dikutip dari Antara, Rabu (9/4/2025).
1. Hadapi Tarif Impor AS
Airlangga menyoroti tekanan eksternal yang berasal dari meningkatnya tensi geopolitik global, proteksionisme dagang AS, hingga pengetatan kebijakan moneter oleh sejumlah negara maju.
Kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan AS menjadi pemicu tambahan yang dapat mengganggu stabilitas perdagangan dunia.
Pasca penyampaian kebijakan tarif resiprokal, sejumlah dampak timbul mulai dari gejolak pasar keuangan ekonomi global yang ditandai fluktuasi bursa saham dunia dan pelemahan mata uang, hingga terganggunya perdagangan dunia yang ditandai dengan terganggunya rantai pasok global.
Sebagai bentuk respons, Pemerintah Indonesia sendiri telah memutuskan untuk berbagai langkah strategis di antaranya melalui jalur negosiasi dengan mempertimbangkan AS sebagai mitra strategis.
Salah satu jalur negosiasi tersebut yakni melalui revitalisasi Perjanjian Kerjasama Perdagangan dan Investasi (TIFA).
Pemerintah juga akan melakukan Deregulasi Non-Tariff Measures (NTMs) melalui relaksasi TKDN sektor teknologi informasi dari AS, serta evaluasi pelarangan dan pembatasan barang ekspor impor.
Di samping itu, Pemerintah juga akan melakukan penyeimbangan terhadap neraca perdagangan dengan AS melalui pembelian produk agrikultur dari AS seperti kedelai, pembelian peralatan mesin, LPG, LNG, dan migas oleh Pertamina.
2. Siapkan Insentif
Langkah selanjutnya, Pemerintah juga menyiapkan insentif fiskal atau non-fiskal, untuk mendorong impor dari AS dan menjaga daya saing ekspor ke AS.
Lebih lanjut, Menko Airlangga menjelaskan bahwa beberapa produk ekspor unggulan Indonesia seperti pakaian dan alas kaki yang memiliki berpeluang besar melakukan penetrasi pasar.
Editor : Maulana Salman