Di Tengah Ramainya Ormas dan Premanisme, Inilah Kisah Mantan Preman Terminal Semarang Jadi Kopassus

SEMARANG, iNewsSemarang.id - Pekan-pekan ini sedang ramai diperdebatkan soal premanisme dikaitkan dengan keberadaan organisasi kemasyarakatan (ormas).
Silang pendapat netizen mengomentari soal ini begitu riuh. Ada yang tidak setuju karena ormas kerap bergaya premanisme. Bahkan sampai ada pimpinan ormas ternama merendahkan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Letjen TNI (Purn) Sutiyoso, jenderal Kopassus. Tapi ada juga yang mendukung keberadaan ormas karena dibutuhkan warga.
Terlepas dari itu semua ada kisah nyata seorang preman di terminal bus di Semarang yang hidup penuh kriminal dan tindak kejahatan justru diujungnya berhasil menjadi prajurit Kopassus TNI AD.
Dari kerasnya Terminal Semarang hingga menjadi perwira elite Kopassus, inilah kisah inspiratif Letkol Untung Pranoto. Masa lalu yang kelam sebagai seorang preman di terminal tak menghalanginya untuk meraih perubahan hidup yang luar biasa melalui keteguhan hati dan kerja keras, hingga ia kini menjadi prajurit Kopassus yang dihormati.
Terminal Semarang menjadi saksi bisu masa muda Untung Pranoto. Sosoknya mudah dikenali di sana berkaos singlet yang memperlihatkan otot, rambut gondrong yang seringkali tergerai bebas, dan sepatu boots koboi yang menambah kesan 'jalanan'.
Segalanya berubah ketika sebuah pengumuman penerimaan anggota TNI menarik perhatiannya. Tanpa banyak pertimbangan, ia mendaftarkan diri.
Namun, kesan pertama petugas pendaftaran terhadap penampilannya yang 'berbeda' itu membuatnya diminta untuk kembali lagi dengan penampilan yang lebih sesuai standar seorang calon prajurit, pakaian rapi dan rambut yang tertata pendek.
Kegagalan awal itu tidak mematahkan semangatnya. Untung Pranoto bertekad untuk memperbaiki diri.
Pulang dengan tekad baru, Untung Pranoto bersimpuh di hadapan ibunda. Ia meminta restu dan mengikrarkan janji suci untuk mengakhiri kehidupannya sebagai 'penguasa' terminal.
Doa restu ibu menjadi penyemangatnya. Dengan segenap upaya, ia mengikuti seleksi TNI dan kabar gembira pun tiba: dia lolos dan resmi menyandang status prajurit TNI dengan pangkat Prajurit Dua, sebuah awal baru yang gemilang.
Saat itu, gaji pertamanya hanya Rp75.000. Namun, dengan modal fisik kuat, semangat membara, dan ketulusan hati, Untung Pranoto perlahan membangun karier militernya, hingga akhirnya bergabung dengan pasukan elit Kopassus.
Di sela kesibukan sebagai prajurit, Untung Pranoto mencoba peruntungan cinta dengan melamar seorang wanita di kampung halamannya. Namun, permintaan mahar Rp2 juta menjadi batu sandungan yang membuatnya kecewa dan lamarannya ditolak.
Alih-alih menyerah, penolakan itu justru menumbuhkan semangat juang dalam dirinya. Ia bertekad untuk membuktikan kepada semua orang, termasuk dirinya sendiri, bahwa kesuksesan bisa diraih melalui kerja keras, bukan hanya sekadar memenuhi permintaan materi.
Takdir memang penuh kejutan. Tak lama berselang, Untung Pranoto dipertemukan dengan seorang wanita lain yang tulus menerima dirinya tanpa syarat. Hanya berselang dua hari sejak perkenalan, keyakinan tumbuh di hatinya.
Dia memberanikan diri melamar wanita tersebut, dan keduanya pun mengikat janji suci pernikahan dengan modal cinta yang tulus serta tekad yang membaja untuk membangun kehidupan bersama. Kini, Letkol Untung Pranoto telah menjelma menjadi sosok perwira Kopassus yang disegani dan dihormati.
Ia telah melalui 17 kali kenaikan pangkat, sebuah pencapaian yang menjadi bukti dedikasi dan integritasnya sepanjang pengabdian di dunia militer.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta