Kisah Hartono, Dari Gelandangan di Kawasan Kota Lama Semarang Kini Jadi Sopir Pribadi Pengusaha

SEMARANG, iNewsSemarang.id — Raut wajah Hartono (53) tampak semringah saat menyambangi Panti Mardi Utomo, Rabu (22/10/2025).
Dengan pakaian serba hitam dan jam pintar di tangan, dia teringat kenangan masa lalunya. Tempat ini bukan sekadar bangunan, melainkan titik balik hidupnya, saat ia berhasil lepas dari kerasnya kehidupan jalanan.
Pada 2019, Hartono hidup sebagai gelandangan. Setiap hari ia mencari rongsokan di sekitar Jembatan Berok, kawasan Kota Lama Semarang.
Hingga akhirnya, dia terjaring operasi sosial dan dikirim ke Panti Pelayanan Sosial (PPS) PGOT Mardi Utomo milik Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.
Di tempat itu, dia digembleng dengan berbagai pelatihan, mulai dari pengelasan hingga pertukangan.
“Dulu saya pernah menikah, tapi kandas. Saya meninggalkan rumah dan menggelandang. Mental benar-benar jatuh, sudah hilang semangat hidup. Lalu saya ke sini, diajarkan keterampilan. Pendekatan petugas juga manusiawi, jadi saya semangat lagi,” ujarnya.
Berkat pelatihan dan bimbingan di panti, Hartono mulai bangkit. Dia memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai sopir, lewat sosial media.
Nasib baik berpihak padanya. Hartono diterima sebagai sopir taksi, lalu berkenalan dengan seorang pengusaha, yang akhirnya merekrutnya sebagai sopir pribadi. Kini kehidupannya jauh lebih baik, bahkan dia sudah bisa menabung.
“Dulu hidup keras, tak terpikir menabung. Apa yang ada langsung dimakan. Sekarang saya berpikir untuk masa depan, menabung jadi kebiasaan, dan semangat hidup pun bertambah,” katanya.
Kisah serupa dialami Supani (48), warga binaan PPS PGOT Mardi Utomo. Harapannya sederhana, bisa menyekolahkan anak. Di panti tersebut, Supani mengikuti berbagai pelatihan, seperti tata boga, menjahit, membuat keset, hingga berwirausaha.
“Harapan saya nanti bisa melanjutkan usaha kecil-kecilan bikin gabin setelah keluar dari sini. Juga ingin anak saya sekolah tinggi, agar sukses dan tak seperti saya,” ujarnya, sambil menghapus air mata.
Perhatian terhadap penghuni panti sosial datang dari Gubernur Jateng Ahmad Luthfi. Tahun ini, Pemprov Jateng mengalokasikan anggaran hampir Rp23 miliar untuk pembenahan 56 panti sosial di bawah Dinas Sosial (Dinsos) Jateng.
Kepala Dinsos Jateng, Imam Maskur, mengatakan anggaran tersebut digunakan untuk memperbaiki berbagai fasilitas panti, mulai dari panti untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) seperti PGOT, hingga panti disabilitas mental, anak terlantar, dan lansia terlantar.
“Matur nuwun Pak Gubernur, alhamdulillah tahun ini kami dapat alokasi besar untuk rehab panti. Banyak asrama kondisinya rusak dan perlu pembenahan,” katanya.
Imam menjelaskan, panti di bawah Pemprov Jateng tidak hanya memberi tempat berlindung, tetapi juga menyediakan makan-minum tiga kali sehari, serta perlindungan kesehatan melalui BPJS.
“Ketika mereka sudah sehat secara mental dan siap direunifikasi, kami bantu dengan modal usaha ekonomi produktif. Bisa dari Kemensos, Baznas, atau program lain,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala PPS PGOT Mardi Utomo, Elliya Chariroh, mengapresiasi bantuan tersebut. Menurutnya, dana itu sangat membantu dalam memperbaiki asrama, dan meningkatkan layanan bagi warga binaan.
Panti yang dia pimpin memiliki kapasitas maksimal 110 orang, namun karena keterbatasan sarana, baru bisa menampung sekitar 90 orang.
Kini, berkat bantuan Pemprov, sudah ada 30 asrama layak huni yang bisa dimanfaatkan. “Bantuan ini sangat bermanfaat untuk peningkatan layanan dan sarana prasarana di panti kami,”
Editor : Ahmad Antoni