Catatan Ekonomi Jateng 2025: Pertumbuhan Ekonomi Melesat, Investasi Bergeliat
Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menggenjot investasi dan menumbuhkan ekonomi daerah menuai hasil dan apresiasi. Pemprov Jateng menerima penghargaan Pioneer of Economic Empowerment atau Pelopor Pemberdayaan Ekonomi dalam ajang Indonesia Kita Award.
Penghargaan itu diterima langsung oleh Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi di Yudhistira Grand Ballroom Patra Jasa Office Tower, Jakarta Selatan pada Senin, 10 November 2025.
Tentu, muara tumbuhnya perekonomian dan menggeliatnya investasi adalah kesejahteraan masyarakat. Capaian-capaian itu bukanlah isapan jempol belaka. Buktinya, berdasarkan data BPS Jateng, persentase penduduk miskin di provinsi ini turun dari 9,58 persen pada September 2024 menjadi 9,48 persen pada Maret 2025, atau turun 0,10 persen.
Pemprov Jateng Menatap 2026
Lantas, bagaimana Pemprov Jawa Tengah menyongsong tahun 2026 dalam bidang ekonomi? Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan, Jawa Tengah berada pada fase pemulihan dan transformasi struktural dalam menyongsong tahun 2026.
“Industri pengolahan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, sementara sektor pertanian terus menjaga stabilitas pangan dan inflasi,” kata Sujarwanto saat membuka acara Bisnis Indonesia Group (BIG) Conference dengan tajuk "Central Java at a Crossroads: Between Manufacturing & Agriculture" di Kota Semarang pada Senin, 8 Desember 2025.
Ia menilai, sektor industri pengolahan dan pertanian menjadi dua lapangan usaha yang demikian penting bagi Jawa Tengah. Sektor industri pengolahan merupakan mesin pertumbuhan ekonomi dengan porsi yang dominan dalam struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sementara itu, sektor pertanian memainkan peranan penting bagi ketahanan pangan lokal maupun nasional. Peran vital tersebut menjadi salah satu alasan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menetapkan industri pengolahan dan pertanian sebagai sektor prioritas pembangunan
Meskipun demikian, tantangan seperti tekanan harga pangan, dinamika global, dan pasokan bahan baku menuntut keseimbangan antara penguatan manufaktur dan modernisasi pertanian, agar ekonomi tetap inklusif dan berkelanjutan.
Menyikapi hal tersebut, perlu adanya strategi melalui penguatan kawasan industri, percepatan investasi berbasis teknologi dan industri hijau, serta digitalisasi dan peningkatan produktivitas manufaktur.
Menurut Sujarwanto, kemitraan industri dengan petani juga perlu diperkuat guna menjaga pasokan bahan baku dan stabilisasi harga. Selain itu, hal ini juga perlu didukung dengan peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan vokasi dan pelatihan kerja sesuai kebutuhan industri.
Editor : Ahmad Antoni