Sains Ramadhan: Menguji Konsepsi The Expanding Universe, Benarkah Alam Semesta Mengembang?

BERBICARA mengenai alam semesta akan selalu menarik dan aktual. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai makhluk yang beriman untuk memikirkan segala ciptaan Allah. Sebagaimana dinukil dari kitab al-‘Azhamah karya Abu asy-Syaikh.
“Berpikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah berpikir tentang Pencipta, karena kamu tidak akan mampu memikirkan-Nya.”.
Demikian juga dalam Al-Quran dalam surat Al Imron ayat 190-191 memberikan intisari
Bahwa orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia” mendapat yang sangat special yaitu predikat Ulul Albab. Manusia Ulil albab senantiasa menggunakan akalnya untuk mentadabburi, mengobservasi, memikirkan, menghayati, mengintrospeksi akan adanya sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah.
Berfikir tentang alam semesta tidak bisa hanya melihat, tetapi harus dikaitkan dengan referensi pendukung pengamatan para Ahli. Ciptaan Allah yang kita tempati sering disebut dengan “Universe” atau alam semesta.
Teori tentang alam semesta selalu menarik untuk dikaji dan diteliti. Baik dalam tataran praktis teoritis maupun ekperimental. Bagaimana proses terbentuknya alam semesta, bagaimana setelah terbentuk dan bagaimana proses berakhirnya alam semesta.
Teori pembentukan alam semesta dikenal dengan Teori keadaan tetap ( steady state), teori ini dikemukakan oleh beberapa ahli astrofisika bernama H. Bondi, T. Gold dan F. Hoyle. Dalam teori tersebut menjelaskan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir, maksudnya alam semesta yang ada saat ini akan terus dalam keadaan tetap (steady state).
Konsepsi teori steady state tersebut didukung oleh model alam semesta statis Einstein atau disebut sebagai model kosmologis relativistik pertama yang dikemukakan oleh Albert Einstein bahwa alam semesta statis yang menunjukkan bahwa ruang tidak mengembang atau menyusut melainkan stabil secara dinamis. Modelnya statis, terbatas dengan simetri dan spasial.
Albert Einstein mengajukan model dengan menambahkan konstanta kosmologis ke persamaan relativitas umumnya untuk menangkal efek dinamis dari gravitasi yang ada dialam semesta, materi akan menyebabkan alam semesta runtuh. Oleh karena itu, alam semesta ini tidak berkontraksi atau mengembang.
Tetapi paradigma bahwa alam semesta bersifat statis/ steady state mengalami pergeseran. Hal tersebut ketika seorang tokoh astronom tahun 1929, Edwin Hubble melalui penelitiannya mengamati bahwa lima bintang ( Virgo, Ursa mayor, Coronne borwis, Bootes, dan Hydra) yang paling terang menunjukkan bahwa bintang-bintang yang diamati mengalami adanya perubahan cahaya menuju merah, pergeseran merah (red shift).
Pergeseran merah/red shift adalah gejala bahwa frekuensi cahaya jikalau diamati bisa lebih rendah daripada frekuensi cahaya ketika terpancar dari sumber. Ini biasanya terjadi jikalau sumber menjauhi pengamat (efek Doppler).
Istilah pergeseran merah dipakai untuk menjelaskan pengamatan bahwa spektrum cahaya yang terpancar oleh bintang jauh bergeser ke frekuensi yang lebih rendah jikalau dibandingkan dengan spektrum bintang yang dekat. Ini menjadi bukti bahwa bintang yang terdapat dalam galaksi saling menjauh (galaksi menjauh sama sama lain).
Prinsip redshift ini lah yang menjadi dasar bahwa alam semesta yang selalu mengembang atau biasanya disebut dengan “ expanding Universe” atau disebut pengembangan Alam Semesta.
Penemaun inilah yang sampai sekarang diyakini benar oleh para ilmuwan tentang konsepsi alam semesta.
Prespektif Sains-Islam
Penciptaan Alam Semesta diungkap banyak sekali dalam ayat-ayat Al-Quran. Ayat Az-Zariyat ayat 47 :
Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami)) Yakni dengan kekuatan dan kekuasaan Kami. dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa) Yakni Kami telah meluaskan langit itu dengan seluas-luasnya. (Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir( https://tafsirweb.com/9943-surat-az-zariyat-ayat-47.html ).
Demikianlah alam semesta diprotret secara sains dan prespektif tafsir Al-Quran.
Kebenaran al-Quran adalah Pasti sedangkan kebenaran dalam sains adalah relatif. Bagaimanapun juga kita perlu membuka dan mengungkapkan kebenaran Al-Quran sesuai bidang ilmu yang kita pelajari masing-masing.
Wassalam
Penulis : Edi Daenuri Anwar, Dosen fakultas Sains dan Teknologi UIN Walisongo Semarang/ Ketua Yayasan Pendidikan Islam Nahdlotusy Syubban Winong Pati
Editor : Sulhanudin Attar