MEKKAH. iNewsSemarang - Penguasaan Bahasa Arab menjadi salah satu hal yang membuat Jamaah Indonesia risau, namun kini mereka tidak perlu risau dan panik lagi saat menjalankan ibadah haji, karena di beberapa tempat publik terutama di Madinah sudah populer Bahasa Indonesia.
Bahkan, saat memasuki area Masjid Nabawi, dapat ditemukan sejumlah papan informasi petunjuk arah dalam Bahasa Indonesia, selain bahasa Arab dan Inggris dan juga bahasa Indonesia,sebagaimana diungkapkan salah satu petugas Haji Indonesia asal Aceh,
“Misalnya, petunjuk tempat salat dan wudu wanita. Hal ini sangat memudahkan jemaah Indonesia memahaminya untuk mengurangi salah arah, tanpa harus ada penerjemah,” tulis Nasril dilansir laman Kemenag, Kamis (23/6/2022).
Nasir menyitir cerita seorang penjaga di kawasan Masjid Nabawi, Abdurrahman, yang mengatakan bahwa, penggunaan bahasa Indonesia pada tanda-tanda jalan tersebut karena Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak jamaahnya di Madinah.
Apalagi di musim haji, khususnya di Masjid Nabawi, jemaah Indonesia sangat ramai. Maka bahasa Indonesia digunakan pada beragam papan pengumuman untuk memudahkan tamu Allah tersebut.
"Untuk memudahkan jemaah dari Indonesia, mereka sangat ramai di sini," ujar Nasir menirukan penjaga kawasan Masjid Nabawi.
Selain itu ada juga majelis ilmu di Masjid Nabawi, pengajarnya adalah orang Indonesia. Menurut Nasir kehadiran mereka ternyata mampu menjadi duta dalam mengampanyekan bahasa Indonesia di kota Madinah.
“Mereka layak dikatakan duta karena berhasil menarik para pedagang-pedagang di sekitar Masjid Nabawi untuk belajar bahasa Indonesia,” tukas Nasir.
Dia menggambarkan ketika jamaah menuju atau pulang dari Masjid Nabawi, beberapa penjaga toko menyapa menggunakan bahasa Indonesia. Walaupun penggunaan kosa kata dan ungkapannya singkat, sekadar mengajak kita singgah di toko tersebut.
“Dialog sederhana itu, seperti murah-murah, mari lihat dulu, barang bagus, model baru, ada diskon, dan lihat gratis ambil bayar,” lanjut Nasir mencontohkan.
Menurutnya, ketika memasuki toko-toko tersebut, meskipun bisa sedikit berbahasa Arab, mereka akan memilih menjawab dan menggunakan bahasa Indonesia.
“Misalnya ini harganya sekian riyal, boleh kurang, harga murah, oh tidak bisa, terima kasih; dan tentu saja nama-nama barang yang mereka jual serta angka-angka dan perhitungan dalam bahasa Indonesia,” ujarnya.
Editor : Miftahul Arief
Artikel Terkait