12 Upacara Adat Jawa Tengah, Ada Wetonan hingga Larung Sesaji

Reza Rizki Saputra
Upacara adat Jawa Tengah merupakan tradisi yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat. (Foto: Antara).

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Jawa Tengah menjadi salah satu daerah yang terbilang masih kental dalam menjaga tradisi nenek moyang, seperti upacara adat yang masih dilestarikan hingga kini.

Berikut ini, 12 tradisi dan adat istiadat jawa yang masih terus dilestarikan :

1. Tradisi Wetonan
Berasal dari bahasa Jawa yang berarti keluar, wetonan menjadi upacara adat yang dilakukan guna menyambut kelahiran bayi yang baru lahir. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk perlindungan dari marabahaya, mendapatkan rezeki serta keberuntungan untuk bayi.

2. Upacara Larung Saji
Larung saji yang berarti menghanyutkan sepotong kepala lembu dan bebek ke sungai ini menjadi upacara adat yang sampai saat ini masih dilakukan, terutama di daerah Kediri. Upacara biasanya dilakukan menjelang siang di tepian Sungai Brantas, Tepatnya di bawah Jembatan Brawijaya. 

Upacara memperingati hari jadi Kota Kediri ini diikuti dengan kegiatan labuh bumi, berupa penghanyutan 3 tumpukan besar berisi hasil bumi. Seperti sayur-sayuran, palawijo (umbi-umbian) serta nasi kuning. Sajian tersebut nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat yang turut hadir saat acara.

3. Upacara Ruwatan
Upacara yang cukup populer ini biasa dilakukan untuk membebaskan atau menyucikan diri manusia dari dosa serta kesalahan yang pernah diperbuatnya. Selain itu masyarakat percaya ruwatan dilakukan untuk mengusir hawa jahat dan hal-hal buruk yang dibawa buto ijo.

Ruwatan masih dilakukan hingga sekarang, terlebih di daerah Dieng, Wonosobo. Ruwatan dilakukan bagi anak-anak yang memiliki rambut ikal gimbal biasanya dianggap mirip dengan buto ijo sehingga harus diadakan upacara ruwatan.

4. Tingkeban
Tingkeban atau mitoni merupakan tradisi turun-menurun. Dilakukan untuk menghilangkan kecemasan seorang ibu pada saat mengandung bayi, biasanya dilakukan pada saat usia kandungan menginjak tujuh bulan.

5. Tradisi Popokan
Tradisi melempar lumpur pada hari Jumat Kliwon di bulan Agustus ini merupakan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Semarang. Masyarakat mempercayai tradisi ini sebagai tolak bala dan menghilangkan kejahatan di daerah tempat tinggal mereka.

6. Padusan
Berasal dari kata "adus" yang berarti mandi. Tradisi padusan bertujuan untuk membersihkan diri baik secara jiwa maupun raga supaya siap dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan yang suci.

Tradisi padusan merupakan budaya yan ditinggalkan walisongo ketika menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Upacara ini biasanya dilakukan bersama-sama dalam satu sungai sehingga padusan selalu memiliki suasana yang gembira dan ramai.

7. Tradisi Syawalan
Tradisi yang juga disebut sebagai lebaran Ketupat ini biasa dilakukan tujuh hari setelah hari raya idul fitri. Masyarakat Jawa Tengah justru menyajikan nasi kuning saat lebaran. Kuliner ketupat baru akan disajikan pada saat tradisi syawalan.

8. Tradisi Sandranan
Sandranan atau lebih dikenal dengan nyandran yang biasa dilakukan untuk menyambut datangnya bulan ramadhan. Tradisi ini biasanya diisi dengan menggelar doa, menunjungi dan membersihkan makam keluarga yang sudah meninggal.

Selain itu, nyandran memiliki makanan tradisional seperti apem, kolak maupun ketan yang biasanya dihidangkan serta dibagikan kepada masyarakat sekitar saat nyandran.

9. Kenduren
Kenduren atau yang lebih sering dikenal dengan nama Selametan ini merupakan sebuah kegiatan dimana diadakan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama atau kepala suku. 

Zaman dahulu, kenduren erat baerkaitan dengan sesajen. Seiring berkembannya waktu dan akulturasi budaya, kenduren telah berubah menyiapkan sesaji menjadi acara makan bersama setelah acara doa. 

10. Tradisi Brobosan
Tradisi brobosan merupakan tradisi di mana ketika ada saudara atau kerabat yang meninggal, keluarga harus menerobos melewati bawah tandu jenazah yang sudah diangkat oleh orang sekitar. Hal ini harus dilakukan sebanyak tiga kali. Tujuannya untuk menghormati kepergian jenazah dan mengikhlaskan kepergiannya.

11. Upacara Tedak Siten
Upacara Tedak Siten atau yang dikenal dengan upacara turun tanah. Merupakan tradisi yang dilakukan oleh orang tua saat anaknya sudah menginjak usia tujuh bulan. bertujuan untuk mengenalkan kepada anak tanah yang dia pijak. Upacara dilakukan di pagi hari sesuai dengan tanggal dan hari kelahiran anak.

12. Mubeng Beteng
Mubeng Beteng merupakan tradisi yang dilakukan pada malam satu suro. Sehingga kerap kali disebut sebagai tradisi malam satu suro. 

Tradisi Jawa Tengah ini ada di Yogyakarta dan dilakukan dengan cara mengelilingi benteng atau keraton Yogyakarta. Kegiatan dilakukan sebagai simbol dari refleksi serta intropeksi diri. Saat melakukan mubeng beteng, kalian tak boleh berbicara dan makan atau minum selama melakukannya hingga rangkain upacara selesai dilakukan.

(Mg- Awal)

Editor : Maulana Salman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network