KENDAL, iNewsSemarang.id - Di era digitalisasi seperti saat ini sebagian besar pemuda sangat jarang untuk menekuni usaha di bidang pertanian, khususnya di tambak ikan. Pada umumnya, mereka banyak mengincar bisa bekerja di instansi pemerintahan maupun di sebuah perusahaan swasta.
Berbeda dengan Wahyu Fahyani (26), seorang pemuda di Desa Kalirejo Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Sebagai seorang pemuda dirinya tetap nekat untuk menekuni usaha sebagai seorang petani tambak di tambak yang awalnya sempat dikelola oleh orang tuanya.
"Sejak kecil saya itu sering diajak orang tua ke tambak usai pulang sekolah maupun saat libur sekolah. Dari kebiasaan ini akhirnya membuat saya menyukai untuk jadi seorang petani tambak," terang Wahyu saat ditemui di tambak yang dikelolanya, Rabu (12/10/2022).
Dia mengaku tidak malu untuk menjadi seorang petani meski saat memulai usahanya sempat dicibir banyak teman bermainnya. Cibiran itu dilontarkan karena pekerjaan di sebuah instansi pemerintah ataupun di sebuah perusahaan dinilai lebih bergengsi dibandingkan bertani tambak.
Jangankan dimasukkan ke hati dan menjadi sebuah beban, cibiran itu malah dianggapnya sebagai cambuk penyemangat bagi dirinya untuk menekuni usaha tambak yang membudidayakan ikan Bandeng ini.
Berbagai pengalaman yang didapati saat dirinya sering diajak ke tambak oleh orang tuanya akhirnya dijadikan sebuah ilmu saat tambak itu kini dikelolanya sendiri.
"Waktu masih di bangku SMA hingga kuliah saya tetap sering ikut Bapak ke tambak. Sedikit banyak saya mulai tahu ilmu bertambak Bandeng itu seperti apa. Dan kini berani untuk mengelolanya sendiri," tuturnya.
Bertambak Bandeng ditekuninya usai lulus kuliah tahun 2020 lalu. Hingga kini dia sudah 2 tahun lamanya dia menekuni usaha ini.
Dalam setahun, Wahyu berhasil panen Bandeng sebanyak dua kali di tambak yang memiliki luas 1,5 hektare.
"Awal memulai usaha bertani tambak Bandeng ini bermodalkan uang saku dari orang tua yang saya kumpulkan sejak SMA hingga kuliah," jelas Wahyu tanpa menyebutkan jumlah nominal uang tabungannya.
Tabungan uang saku itu dirinya belikan bibit bandeng dan sisanya untuk membeli pakan ikan. Waktu budidaya Bandeng sejak mulai menebar benih hingga panen memakan waktu sekitar 5 bulan. Kisaran waktu panjang ini dipilihnya agar ikan yang dipanen memiliki bentuk yang besar dengan berat optimal.
Selama kurun waktu tersebut, dia juga rutin memberikan makan untuk ikan budidayanya dengan pelet dan mengawasi tumbuh kembangnya ikan yang dibudidayakan. Kontrol atas budidaya ikan diperlukan untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang dialami seperti stresnya ikan hingga tak mau makan yang menyebabkan pertumbuhan ikan tersendat.
"Kalau masalah seperti itu terjadi ya saya beri makanan tambahan seperti vitamin khusus untuk ikan agar ikan-ikan lahap lagi makannya," ujar dia.
Alhasil, dari budidaya Bandeng yang dikelolanya dengan baik ini, Wahyu berhasil memanen Bandeng dengan hasil maksimal. Sekitar 1,3 ton hingga 1,6 ton ikan Bandeng didapatkan selama musim panen tiba.
Dari sekali panen, setidaknya bisa menghasilkan uang sekitar Rp60 juta rupiah. "Kalau omset setahun ya sekitar Rp125 jutaan, tapi itu masih kotor. Belum dipotong biaya produksi," ungkapnya.
Dia berpesan, sebagai seorang pemuda untuk tidak malu menjajal segala bentuk usaha. "Ya pesan saya jangan pernah malu untuk memulai usaha selagi itu usaha yang halal. Yang penting memiliki tekat yang kuat dan tak malu untuk belajar, Insya Allah bisa sukses," katanya.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait