JAKARTA,iNewsSemarang.id – Pemerintah Indonesia sejak berdiri hingga sekarang tercatat pernah memiliki tiga Menteri Agama (Menag) dari kalangan militer. Dua di antaranya pernah menjabat di order baru, sementara satu menteri lagi ada di jajaran kabinet Indonesia Maju Pemerintahan Jokowi.
Karena berasal dari TNI, ada menteri ketika masih aktif menjadi TNI ikut berperang dalam Agresi Militer Belanda II. Bahkan, terlibat dalam operasi pembumi hangusan Tanjung Karang-Teluk Betung, Lampung pada medio 1948-1949.
Dua Menteri Agama era Orde Baru berpangkat Letnan Jenderal dan Laksamana Muda. Sementara, tokoh militer ketiga yang memegang jabatan sebagai Menteri Agama pertama sejak era Reformasi berpangkat Jenderal.
Berikut 3 Menteri Agama yang berasal dari kalangan militer dihimpun dari berbagai sumber:
1. Laksamana Muda (Purn) Tarmizi Taher
Tarmizi Taher ditunjuk menjadi Menteri Agama pada tahun 1993. Dia bukan lulusan dari universitas di Mekkah atau Kairo, melainkan dari Universitas Airlangga jurusan Ilmu Kedokteran. Ia meniti karier di TNI AL dengan mengemban sejumlah jabatan.
Ia tercatat pernah menjadi Perwira Kesehatan di KRI Irian, Juru Bicara Fraksi ABRI di MPR, dan Kepala Dinas Pembinaan Mental TNI AL. Pengabdiannya di TNI AL selama hampir tiga dasawarsa dan minatnya yang tinggi terhadap psikologi, terlebih lagi latar belakang keagamaannya yang kuat mengantarnya menjadi Kepala Pusat Pembinaan Mental ABRI.
Jabatannya itu membuat ia dekat dengan Departemen Agama. Pensiun dari militer dengan pangkat Laksamana Muda, Tarmizi lalu diangkat menjadi Sekjen Departemen Agama Indonesia selama lima tahun sebelum diangkat sebagai menteri pada tahun 1993.
Selama menjabat menteri, dua inisiatif penting yang ia laksanakan adalah pengembangan Siskohat (Sistem Komputerisasi Haji Terpadu) dan pembentukan Dana Abadi Umat (DAU). Saat Tarmizi menjadi Menteri Agama selama Orde Baru berkuasa, kerukunan antarumat beragama jauh dari ketegangan. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak akan ikut campur urusan intern agama. Pemerintah hanya punya kepentingan dalam pembinaan hubungan baik antarumat beragama.
Selepas menjadi menteri pada 1998, Tarmizi kemudian ditugaskan ke Oslo sebagai Duta Besar RI untuk Norwegia merangkap Islandia. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia periode 2006-2011 dan rektor pada Universitas Islam Az-Zahra di Jakarta periode 2004-2008.
2. Letnan Jenderal (Purn) Alamsyah Ratu Perwiranegara
Alamsyah Ratu Perwiranegara diangkat sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Pembangunan III (1978-1983). Dia sudah menjadi perwira di tentara sukarela Jepang di Sumatera bagian selatan sejak 1944.
Ia menghabiskan hidupnya pada dinas ketentaraan lebih dari 20 tahun lamanya. Ia tercatat ikut berjuang menghadapi Belanda dalam Aksi Militer II termasuk membumi hanguskan Tanjung Karang-Teluk Betung, Lampung pada 1948-1949.
Sebagai Kepala Staf Penguasa Perang Kodam IV Sriwijaya, Alamsyah ikut berjuang melawan gagasan Pemberontakan PRRI ketika pertemuan besar di Sungai Dare, Sumatera Tengah. Karier politik Alamsyah cukup mentereng. Di era Presiden Soeharto berkuasa pada 1967, Alamsjah menjabat sebagai Koordinator Staf Pribadi Presiden.
Sebelumnya ia menjabat sebagai Ketua Presidium Kabinet Ampera. Ia kemudian dipercaya menjadi Sekretaris Negara RI pada 1968-1972. Setelah itu, Alamsyah diangkat menjadi Duta Besar Indonesia di Belanda (1972-1975). Sebagai Duta Besar RI di Belanda, Alamsyah ikut dalam perjuangan diplomatik menghadapi Pemerintah Belanda dan MPRS tahun 1972-1974 dan mempersiapkan sidang-sidang IGGI 7 negara-negara donor tentang perlunya bantuan untuk melaksanakan pembangunan di Indonesia.
Alamsyah kemudian menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Sebagai Wakil Ketua DPA, ia ikut memantau menghadapi ketegangan Sidang MPR 1978 mengenai soal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (selama Sidang Umum MPR 1978).
Ketika menjadi Menteri Agama, Alamsyah berhasil menertibkan Departemen Agama. Meluruskan sejarah khususnya apa jasa dan pengorbanan umat Islam sehingga negara RI menjadi berideologi dan berfalsafah Pancasila, sehingga akhirnya golongan Islam menerima dan mendukung Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Alamsyah juga berhasil menegakkan dan pembinaan kerukunan hidup antar umat beragama dengan pemerintah dan berhasil membentuk wadah musyawarah antar umat beragama.
Pria yang pernah mengikuti pendidikan ilmu kemiliteran di Senior Officer Course di Mhow dan kemudian melanjutkan pendidikan di General Staff College di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat ini juga berhasil menempatkan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Jenderal (Purn) Fachrul Razi
Fachrul Razi ditunjuk menjadi Menteri Agama pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Penunjukan Fachrul sebagai Menag diumumkan Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta pada Rabu (23/10/2019).
Semasa aktif di militer, Fachrul memiliki pengalaman di bidang infanteri sebagai perwira TNI AD dengan jabatan terakhir sebagai Wakil Panglima TNI. Fachrul juga menjadi orang dengan pangkat militer tertinggi yang pernah memangku jabatan Menteri Agama. Sejumlah posisi di militer pernah dipegang oleh jebolan Akademi Militer tahun 1970 itu.
Mulai dari Komandan Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kujang 1 Kostrad, Wakil Asisten Operasi KASAD, hingga Kepala Staf Daerah Militer VII/Wirabuana dan Gubernur Akademi Militer. Selain itu, ia juga pernah menjabat sebagai Asisten Operasi KASUM ABRI, Kepala Staf Umum ABRI, hingga Sekjen Departemen Pertahanan. Pada saat aktif di militer, Fachrul pernah menjadi komandan Kontingen Garuda IX/2 yang ditugaskan ke Iran-Irak di bawah misi UNIIMOG. Dia juga pernah menjadi Gubernur Akademi Militer pada 1996-1997.
Tahun 1999, Fachrul diangkat menjadi Wakil Panglima TNI mendampingi Laksamana Widodo Adi Sutjipto. Namun, Presiden Abdurrahman Wahid kemudian meminta posisi Wakil Penglima TNI dihapus.
Setahun kemudian tepatnya tahun 2000, Fachrul dicopot dari jabatannya. Fachrul menduduki posisi Menteri Agama terbilang singkat hanya satu tahun. Ia terkena reshuffle kabinet. Posisinya kemudian digantikan oleh Yaqut Cholil Qoumas pada tanggal 23 Desember 2020. (mg arif)
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait