JAKARTA, iNewsSemarang.id –Riyanto kini telah tiada, tapi namanya akan terus dikenang sebagai sosok pemberani setelah melakukan aksi heroik. Riyanto meninggal dunia setelah berusaha mengamankan bungkusan bom, pada malam Natal, 24 Desember 2000 yang akhirnya meledak.
Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) menghembuskan napas terakhir saat bertugas menjaga Gereja Jemaat Pantekosta Indonesia karena mengalami luka parah akibat ledakan bom. Peristiwa itu bertepatan dengan Ramadan hari ke-21.
Saat itu, ketika waktu berbuka puasa tiba, Riyanto meminta izin berbuka bersama rekan-rekan anggota Banser lainnnya sekaligus mempersiapkan penjagaan di gereja.
"Riyanto juga izin untuk tidak pulang pada malam harinya. Ia ingin beriktikaf di masjid selepas menjaga gereja," tulis Twitter @GUSDURians dikutip, Jumat (23/12/2022).
Riyanto menjaga Gereja Eben Haezer bersama tiga rekannya. Riyanto mendapat laporan adanya benda mencurigakan di depan gereja dari jemaat pada pukul 20.30 WIB.
Bentuknya bungkusan tas plastik dan tas berisi kado di bawah telepon umum depan gereja. Riyanto kemudian berinisiatif mengambil dan menyerahkan ke polisi yang berjaga.
Setelah dicek ternyata bungkusan plastik itu berisi bom. Petugas yang berjaga kemudian meminta semua menjauh dan tiarap. Namun Riyanto justru memeluk dan membawa lari benda itu menjauh dari gereja.
"Saat berusaha mengamankan itulah, bom meledak. Tubuhnya terpelanting sejauh 30 meter. Tak lama kemudian bom kedua juga meledak," tulis @GUSDURians.
Tidak ada jemaat yang menjadi korban jiwa dalam ledakan itu. Namun, Riyanto meregang nyawa. Tepat saat nuraninya terketuk untuk menyelamatkan kehidupan manusia.
"Nama Riyanto kemudian diabadikan sebagai nama jalan. Sosoknya menginspirasi kisah Soleh di film '?' karya @Hanungbramantyo. Untuk Riyanto dan semua yang berjuang untuk kemanusiaan, Al-Fatihah," tulis @GUSDURians.
Di malam Natal 2000 itu, bom juga meledak di sejumlah gereja. Antara lain di Jakarta, Batam, Pekanbaru, Pangandaran, dan lainnya.
"Semoga peristiwa seperti itu tidak lagi terjadi. Semoga kita selalu dalam kedamaian. Amin...," cuit @GUSDURians.
Sebagai informasi, aktivitas menjaga gereja oleh Banser memang rutin dilakukan sejak 1996. Ketua Umum PBNU saat itu, KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menginstruksikan kepada Banser untuk menjaga gereja sebagai buntut dari kerusuhan dan pembakaran gereja di Situbondo, Jawa Timur.
Satu waktu, Gus Dur pernah mendapat pertanyaan tentang hukum menjaga gereja. Gus Dur pun menjawab, 'Kamu niatkan jaga Indonesia bila kamu enggak mau jaga gereja. Sebab gereja itu ada di Indonesia, Tanah Air kita. Tidak boleh ada yang mengganggu tempat ibadah agama apa pun di bumi Indonesia'.
Pada 2000, penjagaan di gereja dianggap juga sangat penting menyusul sejumlah teror yang terjadi. Pada 1 Agustus misalnya, sebuah bom meledak di Kantor Kedutaan Besar Filipina di Jakarta. Berselang sebulan, tepatnya 13 September, bom meledak di lantai parkir Bursa Efek Jakarta. (mg arif)
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait