JAKARTA, iNewsSemarang.id – Kisah sukses Samsul Huda, pemuda asal Blitar, Jawa Timur ini sangat inspiratif. Samsul Huda saat ini bekerja sebagai asisten profesor di Okayama University, Jepang . Tak disangka, pemuda tersebut berasal dari SMK.
Tentu bukan setelah lulus langsung jadi dosen, melainkan kuliah dulu. Samsul, sapaan akrabnya merupakan lulusan SMK Negeri 1 Blitar tahun 2010. Ternyata, saat menempuh pendidikan di SMK, Samsul mengaku pernah terlambat masuk mata pelajaran bahasa Inggris.
Ia pun tidak diizinkan masuk dan dihukum untuk berdiri di bawah tiang bendera. Menariknya, ucapan dari sang guru saat memberikan hukuman kepada Samsul benar-benar menjadi kenyataan. Ia diminta bisa belajar seperti orang Jepang yang disiplin.
"Saya dihukum tidak boleh masuk dan diminta berdiri di bawah tiang bendera. Pak Iwan (guru bahasa Inggris) bilang, 'Sana berdiri di bawah tiang bendera, ngadep dewa matahari, biar bisa kayak orang Jepang yang bisa disiplin'," kisah Samsul dikutip dari laman Vokasi Kemdikbud, Sabtu (24/12/2022).
Ternyata, untuk sampai di posisinya saat ini, ia harus melalui proses yang tidak mudah. Kondisi ekonomi sempat membuat ia mengurungkan niat melanjutkan pendidikan. Tapi, dengan semangat dan kemauan menggapai cita-cita, ia akhirnya bisa melanjutkan pendidikan.
“Setahun sebelum lulus, bapak pensiun dari guru dan menyampaikan kalau tidak bisa membiayai penuh untuk bisa studi lanjut. Kemudian, saya sampaikan ke bapak dan ibu bahwa ada rencana sekolah lagi. Mohon bantuan untuk ikut mendoakan agar bisa lanjut sekolah dengan beasiswa penuh,” cerita Samsul.
Gayung bersambut, Samsul akhirnya berhasil melanjutkan pendidikan D4 di Teknik Telekomunikasi, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Di sana, ia aktif mengikuti berbagai perlombaan, bahkan sempat masuk Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas).
Tak puas sampai di situ, Samsul ternyata sangat ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang magister. Ia pun ditawari oleh dosennya untuk melanjutkan di kampus yang sama melalui program beasiswa fresh graduate.
Saat menyelesaikan studi S2 Terapan, ia berkesempatan mengikuti program pertukaran pelajar selama 1 bulan. Di sana, ia dipertemukan dengan seorang profesor yang menawari beasiswa doktoral di Okayama University melalui beasiswa MEXT.
Samsul pun mewujudkan mimpinya dengan menempuh pendidikan S3 di Jepang. Di sana, ia terus menjalin hubungan yang baik dengan para profesor hingga pembimbing pendamping.
Setelah sidang disertai, Samsul dinyatakan lulus. Samsul pun inisiatif membuat kartu namanya sendiri dan diberikan kepada para profesor dan pembimbing pendamping yang telah membantunya.
“Saya mulai dengan membuat kartu nama sendiri dan diberikan kepada beliau-beliau. Di Jepang, saling bertukar kartu nama adalah hal yang biasa. Sepulang sekolah, terus keep contact dengan beliau-beliau untuk membangun dan menjaga relasi,” ujar Samsul.
Tak berselang lama, ia mendapat rekomendasi untuk mendaftar di sebuah research center kampus Okayama University. Kesempatan itu pun tidak disia-siakan dirinya hingga akhirnya dinyatakan lolos.
Samsul tak pernah menyangka bisa bekerja di Jepang sebagai asisten profesor dan mampu menyandang gelar S3. Ia mengaku sangat bersyukur atas segala kesempatan yang diberikan tersebut.
“Tak pernah terbayang bisa menjadi assistant profesor di luar negeri, apalagi di Okayama University, Jepang. Bisa mengenyam pendidikan di Jepang sudah sangat bersyukur,” ujarnya.
“Alhamdulillah, dapat bonus tambahan bisa belajar menjadi akademisi di sini. Hal ini tercapai berkat doa serta didikan Bapak Ibu saya, guru-guru, dosen, serta diiringi ikhtiar belajar dan bekerja keras dengan baik. Semoga saya bisa berkontribusi dengan baik dan terus menjadi yang lebih baik ke depan,” kata Samsul. (mg arif)
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait