El Nino Datang, Ilmuwan Cemaskan Suhu Ekstrem

Wahyu Budi Santoso
El Nino dapat menjadikan tahun 2024 sebagai tahun terpanas di dunia. (Foto : Ilustrasi iNews.id)

LONDON, iNewsSemarang.id - Fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normal mulai terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Fenomena alam yang dikenal sebagai El Nino itu berpotensi menyebabkan suhu bumi menjadi lebih hangat.

Ilmuwan Amerika Serikat (AS) mengkonfirmasi bahwa fenomena tersebut telah dimulai dan mengatakan, El Nino dapat menjadikan tahun 2024 sebagai tahun terpanas di dunia. Mereka khawatir pemanasan yang terjadi akan menyebabkan suhu dunia melebihi batas pemanasan 1,5 derajat Celcius.

Negara-negara di dunia mencapai kesepakatan di bawah Perjanjian Paris pada tahun 2015 untuk menjaga pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius atau sebanyak mungkin 1,5 derajat Celcius dalam waktu lima tahun dibandingkan dengan masa pra-industri.

Seperti dilansir dari BBC, Sabtu (10/6/2023), suhu global berkisar sekitar 1,1 derajat Celcius di atas rata-rata pada periode 1850 hingga 1900.

Fenomena El Nino juga akan mempengaruhi cuaca dunia. Ini berpotensi menyebabkan kekeringan parah di Australia, sementara lebih banyak hujan turun di AS bagian selatan, selain melemahkan musim monsun di India.

Ilmuwan mengatakan El Nino kali ini diprediksi akan berlanjut hingga musim semi tahun depan dengan efeknya yang semakin surut setelah itu.

“Fenomena ini (El Nino) semakin terasa sekarang. Ada tanda-tanda El Nino dalam perkiraan kami selama beberapa bulan terakhir. Namun, sepertinya itu akan mencapai puncaknya akhir tahun ini dalam hal intensitas," kata Kepala Peramalan Jarak Jauh Kantor Met Inggris, Adam Scaife.

“Kemungkinan besar rekor baru untuk suhu global tahun depan. Tergantung intensitas El Nino di akhir tahun," jelasnya

Fenomena alam tersebut merupakan fase fluktuasi terkuat dalam sistem iklim planet Bumi.

El Nino Southern Oscillation atau El Nino Southern Oscillation (ENSO) yang terjadi di Samudera Pasifik bagian timur memiliki tiga fase yang berbeda yaitu hangat, dingin atau netral.

Fase hangat terjadi setiap dua hingga tujuh tahun dan melihat arus hangat naik ke permukaan lepas pantai Amerika Selatan dan menyebar ke seluruh lautan dunia.

Arus panas ini akan mendorong sejumlah besar panas ke atmosfer.

Rekor musim panas sebelumnya termasuk 2016 yang merupakan tahun terpanas di dunia. Situasi itu biasanya terjadi setahun setelah peristiwa El Nino yang kuat.

Badan cuaca di seluruh dunia menggunakan kriteria berbeda untuk memutuskan kapan fase hangat ini tiba.

Bagi ilmuwan AS, definisi mereka mensyaratkan lautan menjadi 0,5 derajat Celcius lebih hangat dari biasanya selama sebulan, atmosfer harus terlihat merespons panas dan harus ada bukti bahwa fenomena tersebut sedang berlangsung.

Semua syarat itu terpenuhi Mei lalu dan dalam pernyataannya, National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) menyebut fenomena El Nino sudah terjadi.

“Ini adalah sinyal yang sangat lemah. Namun, kami percaya bahwa kami sedang melihat permulaannya (El Nino) dan akan terus meningkat," kata seorang ilmuwan di NOAA, Michelle L'Heureux.

Ilmuwan lain percaya El Nino kali ini memiliki peluang 84 persen melebihi kekuatan sedang pada akhir tahun.

Mereka juga menyebut ada potensi 25 persen fenomena ini melebihi 2 derajat Celcius pada puncaknya, sehingga memasuki fase 'Super El Nino'.

Efek awal dari fenomena tersebut mungkin tertunda selama beberapa bulan tetapi akan terasa di seluruh dunia.

Para peneliti memperkirakan efeknya termasuk cuaca yang lebih kering di Australia dan sebagian benua Asia dengan potensi hujan muson di India berkurang, sedangkan El Nino biasa akan mengakibatkan kekeringan yang memburuk di benua Afrika.

Editor : Maulana Salman

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network