SEMARANG, iNews.id – Sedikitnya 250 peserta mengikuti doa lintas agama dan lintas budaya yang dikemas dalam acara “Seribu Sajen untuk Nusantara” di lokawisata Candi Gedongsongo, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Selasa (1/2/2022).
Kegiatan dimulai sejak pukul 09.00 WIB. Tampak setiap peserta mengenakan pakaian adat dengan membawa sesajen berupa bunga dan dupa. Mereka berkumpul di pelataran Candi Gedongsongo.
Sesajen berupa bunga dan dupa dalam ritual kebudayaan bertajuk "Seribu Sajen untuk Nusantara".
Menurut pemangku adat Gedongsongo, Sarwan, kegiatan ini berangkat dari keresahan para pelaku dan pemerhati budaya terhadap fenomena generasi penerus bangsa yang sudah tidak peduli dengan jatidiri bangsa yang telah diwariskan oleh para leluhurnya.
“Kegiatan kami kemas dalam bentuk wisata religi sebagai upaya penyadaran anak-anak Nusanatara, agar ingat kembali dan mau melestarikan adat budaya leluhur Nusantara,” ungkap Mbah Gimbal, sapaan Tetua Adat Candi Gedongsongo itu.
Seruan untuk Menjaga Warisan Leluhur
Lebih lanjut disampaikan, banyak dari generasi sekarang lupa mensyukuri nikmat karunia yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap bumi Nusantara. Padahal, tegasnya, bangsa ini telah dikaruniai kekayaan sumber daya alam berlimpah, yang bahkan tidak dimiliki oleh bangsa lain.
Selain itu, bangsa ini telah mulai kehilangan jatidirinya. Masyarakat nusantara yang dulu dikenal sebagai bangsa yang harmonis, saling menghormati keberagaman, saling menghargai perbedaan satu sama lain, dan nilai-nilai toleransi antar sesama anak bangsa, kini mulai pudar.
Lunturnya identitas itu, secara lebih spesifik dicontohkan terjadi pada masyarakat Jawa. Dia menyebut fenomena ini sebagai “orang Jawa yang sudah kehilangan Jawanya”.
Apapun agamanya, sambung Mbah Gimbal, jika Jawa adalah identitas seseorang itu, maka tetap harus mencerminkan sebagai orang Jawa. “Kita boleh beragama Islam, tapi budaya Jawa harus kita angkat tinggi-tinggi,” lanjutnya.
“Dari keresahan inilah, kami komunitas adat Gedongsongo menginisiasi kegiatan untuk mencoba menggali dan membangkitkan kembali semangat yang sudah hilang tersebut, melalui laku budaya yang dilaksanakan hari ini,” ungkapnya.
Melalui kegiatan ini, pihaknya ingin menyampaikan pesan agar para generasi penerus bangsa tidak lupa terhadap akar budaya yang telah diwariskan oleh para leluhurnya. “Zaman boleh berubah, namun nilai-nilai budaya sebagai bangsa Nusantara tidak boleh dilupakan,” tandasnya.
Candi Gedongsongo sebagai Destinasi Wisata Budaya
Di sisi lain, imbuhnya, kegiatan ini sebagai upaya untuk mengenalkan lokawisata Candi Gedongsongo sebagai warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Sebagai informasi, Candi Gedongsongo atau juga ditulis Candi Gedong Songo, merupakan situs peninggalan budaya yang terletak di lereng Gunung Ungaran, tepatnya di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran.
Lokasi Candi Gedongsongo di lereng Gunung Ungaran dengan pemandangan yang indah menjadi daya tarik wisatawan. Foto: Ist
Menurut catatan sejarah, candi Gedong Songo ini ditemukan oleh Raffles pada tahun 1804 semasa pemerintahan kolonial Belanda dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).
Di kompleks Candi Gedongsongo ini terdapat sembilan candi. Lokasi sembilan candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Sebagai obyek wisata, Candi Gedongsongo juga dilengkapi pemandian air panas dari mata air yang mengandung belerang, area perkemahan, dan wisata berkuda.
Di masa pandemi jumlah pengunjung ke lokasi wisata Candi Gedongsongo dibatasi dan menerapkan protokol kesehatan. Foto: dok. Humas Pemprov Jateng
Usai ritual doa bersama, acara dilanjutkan dengan makan sajen berupa buah-buahan. Forum ini pun kemudian menjadi ajang silarurahim antar pegiat budaya dari lintas daerah, mulai dari Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat hingga Bali.
Doa lintas agama dan lintas budaya bertajuk “Seribu Sajen untuk Nusantara” digelar oleh komunitas adat Candi Gedongsongo dan didukung sedikitnya 14 lembaga budaya dan kesenian dari berbagai daerah.
Flyer acara doa bersama lintas agama dan lintas budaya bertajuk "Seribu Sajen untuk Nusantara" yang dipublikasikan pihak penyelenggara sebelum pelaksanaan kegiatan.
Ke-14 lembaga budaya dan kesenian tersebut meliputi Forum LKK Kabupaten Semarang, Sanggar Tosan Aji Gedongsongo, MPN (Macan Putih Nusantara), Pamengku Adat Gedongsongo, Yayasan Damar Kedhaton, Brojomusti, Adat Budaya Nusantara, HPI (Himpunan Penghayat Indonesia), Kendalisodo Camp, Sanggar Gedongsongo, Paguyuban Omah Budoyo, Sanggar Among Jinem Nusantara, PGN Makoda Jawa Tengah dan Paguyuban Ringin Sungsang.[]
Editor : Sulhanudin Attar
Artikel Terkait