“Kondisi ini tentunya akan berakibat terhadap tingginya curah hujan dan berakibat terjadinya banjir di hampir semua wilayah dataran rendah Kota Semarang, seperti pusat kota,” ujarnya.
Menurutnya, bencana hidrometeorologi ini tidak hanya berupa banjir saja, tetapi juga menimbulkan akibat tanah longsor di beberapa lokasi rawan longsor serta pohon-pohon pinggir jalan yang tumbang akibat angin kencang sehingga keadaan ini semakin berdampak pada kemacetan lalu lintas serta lumpuhnya pusat-pusat layanan masyarakat.
“Setelah menelusuri kejadian terulangnya luapan Kali Banjir Kanal Timur setelah satu dasawarsa dan bulan kejadian dalam bulan Februari Maret serta hasil kajian bahwa siklon tropis paling sering terjadi di Februari dan Maret dengan ketinggian genangan yang sama maka kejadian banjir di Semarang seharusnya dapat diperkirakan,” ujar Prof Munasik.
“Kejadian banjir yang luas, angin kencang dan longsor serta gelombang tinggi dapat diperkirakan sehingga dapat diantisipasi lebih awal sebelum kejadian melalui sistem peringatan dini sehingga mengurangi dampak yang signifikan,” ujarnya.
Dalam kasus banjir, tanah longsor dan pohon tumbang, lanjut dia, Pemerintah melalui BPBD setelah mendapatkan prakiraan cuaca dari BMKG seyogyanya dapat mengumumkan status kesiagaan bencana hidrometeorologi wilayah kota kepada warga.
Kemudian menginformasikan prakiraan waktu banjir dan tempat-tempat rawan banjir yang sudah teridentifikasi sebelumnya sehingga akan mengurangi kerugian material dan mengantisipasi lumpuhnya transportasi dan kecelakaan akibat bencana hidrometeorologi.
Editor : Ahmad Antoni
Artikel Terkait