KENDAL, iNewsSemarang.id - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kendal terus bertambah. Kasus ini juga menyebabkan belasan orang meninggal dunia.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kendal Bambang Setyawan menyampaikan, hingga saat ini kasus DBD di Kabupaten Kendal telah mencapai angka 341 kasus.
"Untuk kasus kematiannya sudah ada 17. Angka CFR-nya kalau dihitung sekitar 4,99. Kalau dilihat di Jateng sekarang CFR kita diurutan kelima. Dulu sempat nomor satu," kata Bambang, Selasa (7/5/2024).
Kata Bambang, tngginya kasus DBD setelah dikonsultasikan ke Dinkes Jateng, diketahui karena adanya perubahan iklim.
Di Kendal bagian atas, kondisi perubahan iklim sangat berpengaruh sehingga menyebabkan daerah seperti Boja dan Sukorejo menjadi penyumbang tertinggi kasus DBD. Di dua daerah tersebut, angka kematiannya juga menjadi yang terbanyak.
"Semua itu karena perubahan iklim. Harusnya yang banyak itu daerah Kendal bawah, tapi bergeser ke daerah atas," ungkap dia.
Dengan tingginya kasus DBD, Bambang terus menyuarakan dilakukannya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak. Ajakan itu dilakukan pihaknya dengan banyak memasang baliho-baliho di sejumlah tempat strategis dan mensosialisasikannya di traffic light.
"Kami juga meminta kepada masyarakat jika ada salah satu dari keluarganya yang panas tinggi hingga dua hari untuk segera ke fasilitas kesehatan. Ini penting agar segera tertangani sebelum terlambat," ucapnya.
Sementara itu, terkait dengan banyaknya pasien anak-anak yang mengalami panas tinggi hingga memenuhi sejumlah ruang rumah sakit swasta, Bambang menyebut bahwa itu belum tentu terkena DBD.
"Kalau yang panas tinggi iya banyak. Bahkan, jumlahnya mungkin bisa ribuan. Tapi itu belum tentu DBD. Bisa dikategorikan DBD kalau hasil lab menunjukkan trombositnya di bawah 100. Kalau trombositnya masih di atas 100 itu DD atau Demam Dengue," terangnya.
Terpisah, petugas kesehatan Rumah Sakit Islam (RSI) Weleri Kendal, dr Rizka Ulfayani Arifah, mengatakan, banyaknya pasien yang mengalami panas tinggi menyebabkan RSI Weleri kehabisan ruangan. Kondisi ini menyebabkan pasien yang seharusnya dirawat di RSI Weleri terpaksa di rawat di rumah.
"Sampai saat ini pasien yang dirawat di RSI ada 21 pasien demam berdarah. Rata-rata anak-anak, namun ada juga orang dewasa," katanya.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait