Kisah van Gogh Pelukis Besar: Gangguan Jiwa Akut, Lukisannya Tak Laku dan Tak Terkenal Semasa Hidup

Sazili Mustofa
Vincent van Gogh adalah pelukis yang lukisan-lukisannya sangat terkenal dalam sejarah seni. Foto: Istimewa

JAKARTA, iNewsSemarang.id - Vincent van Gogh adalah pelukis yang lukisan-lukisannya sangat terkenal dalam sejarah seni. Sapuan kuasnya yang dramatis, pewarnaan yang cerah, dan keahliannya dalam menggambarkan sebuah momen dan melukiskan cahaya dinilai sebagai seni yang revolusioner.

Semangatnya membuka mata dunia tentang bagaimana sejatinya menjadi seorang seniman.

Pelukis kelahiran Zundert, Belanda, 30 Maret 1853 ini, adalah seniman beraliran pasca-impressionisme. Karya fenomenalnya seperti Bunga Matahari, Teras Kafe di Malam Hari, dan Malam Berbintang ikonik di dunia melukis. 

Van Gogh tidak hanya populer sebagai seorang seniman, namun juga dikenal sebagai orang yang berjasa sepanjang sejarah dan gerakan seni. 

Namun siapa sangka, semasa hidup, van Gogh hanya pernah menjual satu lukisan, yakni The Red Vineyard seharga 400 franc tujuh bulan sebelum kematiannya.

Selebihnya, van Gogh telah menghasilkan 870 lukisan minyak serta sketsa dan lukisan cat air tak laku dan tidak diminati para pecinta lukisan.


Salah satu lukisan terkenal van Gogh

Kisah Asmara 

Van Gogh bertemu dengan Sien Hoornik pada 1882. Wanita tersebut adalah model sekaligus kekasih Van Gogh. Keluarga dan teman-teman Van Gogh syok dengan kabar ini, mengingat Sien Hoornik adalah mantan pelacur. Sien sudah memiliki anak perempuan berusia 5 tahun dan saat itu tengah mengandung.

Van Gogh merasa kasihan dengan Sien, sehingga memutuskan untuk mengurusnya. Mereka menyewa tempat untuk tinggal bersama dengan putri Sien dan bayinya yang akan segera lahir.

Theo tak setuju dengan keputusan kakaknya, tetapi tetap mengirimkan sejumlah uang untuk biaya hidupnya.

Menghadapi pertentangan, Van Gogh tetap keras kepala. Namun pada akhirnya ia menyadari hubungan dengan Sien tidak akan berhasil. Ia pun memutuskan hubungan dengan Sien.

Selepas hubungannya berakhir, Van Gogh berkelana ke kawasan pedesaan Drenthe. Ia banyak melukis bentang alam seperti padang rumput dan ladang.

Namun kehidupan di Drenthe terlalu membuatnya kesepian. Setelah tiga bulan, Van Gogh kembali ke rumah orang tuanya yang kini pindah di Nuenen, Brabant. Ia menyewa sebuah tempat sebagai studionya.

Mengalami berbagai penyakit 

Van Gogh disebut mengalami gangguan jiwa akut. Namun, sejarawan dan peneliti berpendapat bahwa van Gogh menderita epilepsi, gangguan bipolar, sengatan matahari, porfiria intermiten akut, keracunan timbal, keracunan absinth, penyakit Meniere, dan toksisitas digitalis. 

Gejala-gejalanya adalah pencernaan yang buruk, sakit perut yang teratur, halusinasi, mimpi buruk, pingsan, linglung, kecemasan, insomnia, dan impotensi.

Gejala -gejala ini dijelaskan dalam banyak surat dan dokumen Van Gogh seperti daftar suaka di Saint -Remy. Van Gogh menderita kejang, dan dalam salah satu serangan serupa pada bulan Desember 1888, dia melakukan tindakan mutilasi diri dan memotong sebagian telinga kanannya. Dia dirawat di rumah sakit di Arles di mana dia didiagnosis menderita mania akut dengan delirium umum.


Salah satu lukisan terkenal Vincent van Gogh

Kebiasaan makan cat dan minum terpentin

Vincent van Gogh terkenal memakan cat minyak dan meminum cairan terpentin agar lebih "bahagia". Nyatanya, bukan itu alasan Van Gogh memakan dan meminum benda berbahaya tersebut. Van Gogh sebenarnya ingin mengakhiri hidup.

Setelah insiden potong cuping pada 1889, ia memutuskan untuk dirawat di Saint-Rémy. Sempat memburuk, Van Gogh mencoba memakan cat minyak dan meminum terpentin untuk mengakhiri hidup.

Untungnya, dokter angkatan laut Prancis yang merawatnya, dr. Théophile Peyron, berhasil menghentikan van Gogh. Oleh karena itulah, aktivitas studio van Gogh di Saint-Rémy diawasi ketat. Dokter Peyron sempat menyatakan gejala bunuh diri pada van Gogh sudah sirna dan van Gogh pun juga menunjukkan perubahan sikap, meskipun sementara.

Bunuh diri dengan pistol mahal

Pada tanggal 27 Juli 1890 saat berumur 37 tahun, Vincent van Gogh menembaki dadanya sendiri dengan menggunakan sepucuk revolver Lefaucheux a broche 7mm. Tidak ada saksi mata pada saat kejadian berlangsung, dia meninggal dunia 30 jam kemudian.

Tidak diketahui bagaimana van Gogh bisa memiliki pistol revolver untuk bunuh diri, entah meminjam dari pemilik penginapan Auberge Ravoux di Auvers-sur-Oise atau beli sendiri. 

Pada 1965, seorang tukang kebun menemukan pistol revolver yang sudah berkarat tersebut di kebun belakang Auberge Ravoux. Dari hasil penemuan dan analisis pistol tersebut, muncul hipotesis bahwa pistol tersebut sengaja ditinggalkan, bukan disembunyikan, konfirmasi bahwa van Gogh memang ingin bunuh diri.

Awalnya, pistol tersebut disimpan di van Gogh Museum, Amsterdam. Pada Juni 2019, pistol pembunuh van Gogh dilelang oleh Art Auction seharga US$182.000 atau sekitar Rp2,6 miliar. Dibeli oleh seorang kolektor anonim, harga pistol tersebut tiga kali lipat lebih tinggi dari perkiraan awal.

Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network