KENDAL, iNewsSemarang.id - Mitos atau kepercayaan masyarakat bahwa Bupati Kendal hanya bisa menjabat satu periode menjadi isu yang diperbincangkan sebagian masyarakat menjelang Pilkada.
Mitos ini tak lepas dari catatan sejarah bahwa di Kabupaten Kendal, hingga saat ini belum pernah mendapatkan bupati hingga dua periode yang mampu berakhir dengan tanpa cacat.
Kepercayaan masyarakat seperti ini pernah ditulis dalam salah satu media online baru-baru ini. Disebutkan, mitos itu berasal dari sebuah kutukan dari Sultan Pajang dan Ratu Kalinyamat. Disebutkan juga, cerita itu berasal dari nenek moyang seperti sebuah dongeng menjelang tidur, namun faktanya hal ini terjadi di Kendal.
Menanggapi hal tersebut, Budayawan dari Lesbumi Kendal, Gus Misbahul Munir mengaku pernah mendengar cerita seperti itu.
Menurut dia, mitos atau legenda yang berkembang di masyarakat bisa menjadi sebuah pesan yang harus disampaikan dari generasi ke generasi, terlebih tanah Jawa ini sangat kental dengan cerita-cerita mistis yang kadang dianggap tahayyul.
Dia yang juga memimpin PC Gerakan Pemuda Ansor Kendal menegaskan, mau diakui maupun tidak, percaya ataupun tidak percaya, banyak hal yang terjadi ditengah masyarakat yang berkaitan dengan mitos. Termasuk mitos Bupati Kendal tidak bisa sampai dua periode.
"Iya, saya pernah mendengar mitos tersebut. Memang kenyataannya demikian adanya. Semua Bupati Kendal yang hendak maju di periode kedua selalu gagal. Kalau pun bisa terpilih kembali kebetulan terjerat hukum," terang Gus Misbah, Senin (24/6/2024).
Dia juga menjelaskan, mitos atau legenda menurut beberapa penelitian ada kaitannya dengan sistem yang dibuat para leluhur dalam menjaga kehidupan umat manusia dari keangkaramurkaan yang disebabkan oleh manusianya itu sendiri. Seperti adanya sebuah mitos tentang cerita hutan angker.
"Mitos seperti itu terbangun supaya hutan tetap terjaga, pohon wingit yang dijaga demit sebenarnya supaya lingkungan tetap terlindungi sehingga keseimbangan alam tetap lestari dari masa ke masa," jelasnya.
Gus Misbah juga menyampaikan, terkait mitos bupati dua periode di Kabupaten Kendal yang selalu gagal dan menghadapi kendala tentunya juga ada filosofi dan pesan yang harus diurai bersama secara empirik.
"Bisa jadi apa yang terjadi di tanah ini merupakan sebuah peringatan bagi pejabat yang memimpin supaya benar-benar menjaga amanah dalam kepemimpinannya. Sekiranya dirinya menyeleweng atau berbuat yang melanggar norma-norma maka tidak bisa menjabat kembali," paparnya.
Dengan penjelasan tersebut, lanjutnya, bisa ditarik kesimpulan jika seorang bupati bisa terpilih kembali di periode kedua, dirinya harus benar-benar menjadi seorang pemimpin yang adil, jujur dan mensejahterakan rakyatnya.
Selain itu, harus juga menjaga tanah ini tetap lestari dan menjaga keseimbangan alamnya supaya generasi penerus tidak diwarisi malapetaka.
"Ketika dirinya belum menjadi pribadi pemimpin yang bijaksana, maka alam semesta tidak akan mendukung sehingga mitos tersebut berlaku hingga kini," tegasnya.
Hal ini juga sesuai isi pesan dalam Al Qur'an yakni
وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا
QS. Al isra 81.
Dan katakanlah, “Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.
"Kendal ini dijaga para wali. Kental dengan budaya dan nilai-nilai Islami, sehingga dikenal sebagai Kota Santri. Wallahu a'lam," pungkasnya.
Editor : Agus Riyadi
Artikel Terkait