JAKARTA, iNewsSemarang.id – Legenda Pantai Selatan Jawa kembali mengemuka pasca insiden ritual maut di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada 13 Februari yang merenggut 11 korban jiwa.
Masyarakat awam mengaitkan kejadian itu dengan mistis, seperti adanya anggapan bahwa Ratu Pantai Selatan meminta tumbal. Fenomena Pantai Selatan ini coba diungkap dari sisi animisme dan sains melalui kearifan lokal.
President KOMITMEN research group sekaligus dosen Departemen Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (Unpad) Noir Primadona Purba mengatakan, kebiasaan warga setempat melakukan ritual merupakan bagian dari adat istiadat dan budaya lama yang masih mengakar. Kejadian tersebut dinilai sebagai sejarah yang terus berulang karena kepercayaan turun-temurun.
"Mereka melakukan sesajen ritual atau melarung makanan dan minuman ke laut, itu bagian dari budaya lama yang masih mengakar di kita, bahwa masih ada sebagian orang yang percaya terhadap animisme itu," ujar Noir.
Selain itu dia juga menilai, banyak dukun atau paranormal yang masih menjadi rujukan kepercayaan bagi warga setempat. Mereka percaya dengan melakukan ritual, akan dijauhkan dari murka sang penguasa laut.
"Dalam banyak kasus itu seperti dukun atau paranormal. Jadi setelah melakukan ritual tersebut tidak akan terjadi lagi musibah di waktu itu" ucapnya.
Dia menjelaskan, dengan adanya sains warga seharusnya dapat menerima sesuatu dengan logika karena sulitnya pembuktian berbentuk wujud, masyarakat tetap memegang erat kepercayaan.
"Nah tetapi di lain hal itu sering kali terjadi, jadi sesuatu hal yang belum kita buktikan secara sains akan sangat sulit diterima," katanya.
Meski berbenturan dengan ilmu sains, kata dia para peneliti harus dapat memberikan pembuktian dari fenomena tersebut. "Dari pandangan sains ritual tersebut bukan berarti tidak diterima tapi memang perlu dicari agar dapat menemukan pembuktiannya," ucapnya.
Menurutnya, animisme yang terus tertuang dari masyarakat serta sains yang terus berkembang di peradaban, memiliki peran layaknya pembatas dalam ilmu pengetahuan.
"Itu yang memang menjadi batas animisme dengan sains. Saya pribadi tidak mengatakan itu tidak benar, tapi masih perlu pembuktian dari sisi sains," katanya.
Mengenai banyaknya korban di Pantai Selatan, dia menjelaskan ada beberapa faktor dan satu di antaranya merupakan fenomena alam yang disebut rip currents.
"Dikarenakan adanya arus yang sangat cepat menuju ke laut, nah ini biasa kita sebut dengan rip currents atau arus yang sangat cepat yang berasal dari pantai menuju ke laut," ucapnya.
Dia juga menyampaikan, sering terjadi polemik mengenai fenomena rip currents karena fenomena tersebut sering tidak terlihat sehingga banyak warga yang sering mengaitkan dengan yang berbau mistis.
"Bahayanya adalah ketika kita di pantai tempat pertemuan dua arus ini dia tidak terlalu bergelombang sehingga kita akan mencari daerah itu untuk berenang lautnya agak tenang," ucapnya.
Editor : Sulhanudin Attar
Artikel Terkait