Sikap Sri Sultan HB IX juga terbukti ketika beliau menyerahkan cek senilai 6 juta gulden kepada Soekarno-Hatta sebagai modal awal Republik Indonesia.
Penyerahan cek ini disaksikan oleh Jusuf Ranadipura saat Sultan HB IX mengadakan konsultasi dengan Soekarno-Hatta di Bangka pada tahun 1948.
Sebagai negarawan yang harus menyelamatkan negara, Sri Sultan HB IX rela menjadikan Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia ketika terjadinya Agresi Militer Belanda I di Jakarta.
Lebih dari itu, karakter kenegarawanannya terlihat saat beliau menggagas penyelamatan Daerah Istimewa Yogyakarta, ibu kota Indonesia dari Agresi Militer Belanda II melalui serangan umum yang dilaksanakan oleh Letnan Kolonel Soeharto pada 1 Maret 1949.
Karakter jujur Sri Sultan Hamengkubuwana IX juga terlihat ketika beliau menolak dicalonkan sebagai Wakil Presiden periode 1978-1983.
Saat itu, beliau melihat gejala KKN di kalangan pejabat pusat yang mulai tampak pada tahun 1978. Sikap tegas dan bijaksana ini mencerminkan ajaran Jawa, "Aja cedhak kebo gupak!" yang berarti "Jangan mendekati kerbau yang kotor oleh lumpur."
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait