Dokter Muda Bunuh Diri, Program PPDS Tuai Kritik: Berangkat Jam 6 Pagi, Pulang Jam 3 Dini Hari

Nurul Amanah
Ilustrasi mayat.(Foto:Ist)

JAKARTAm iNewsSemarang.id - Beredar kisah mengenaskan seorang dokter muda RSUD Kardinah Tegal diduga meninggal bunuh diri, viral di media sosial. Kisah ini diungkap oleh akun X @bambangsuling11. 

Diketahui, dokter muda merupakan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Universitas Diponegoro (Undip). Korban diduga mengakhiri hidupnya karena tak kuat menjadi korban perundungan selama mengikuti PPDS

Korban bernama dr. Aulia Risma Lestari (30). Polisi yang melakukan penyelidikan, menemukan sejumlah petunjuk dimana korban menyuntikkan obat penenang.

Selain itu, akun tersebut mengunggah foto surat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang mengambil tindakan tegas dengan menghentikan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di RSUP dr Kariadi Semarang tersebut.

Lalu, akun tersebut rupanya juga mendapat laporan dari salah satu calon dokter yang mengikuti PPDS Anestesi Undip.

"Ada rekan kita yang juga sedang ambil PPDS Anestesi Undip berani speak up di DM. Begini yang harus mereka jalani setiap hari," bunyi cuitan akun X @bambangsuling11, dikutip Rabu (14/8/2024). 

Dalam pesannya, calon dokter tersebut mengeluhkan beban kerja yang terlalu berat dimana memakan durasi hingga 18 jam perhari.

"Malam, Pak.. Izin memberi masukan. Beban kerja PPDS Anestesi di RS Kariadi terlalu berat.  Jam kerja "normal" tanpa giliran jaga adalah: ~ 18 jam/hari* Masuk jam 6 pagi, pulang jam 12 malam. Kalau bisa pulang jam 11 malam artinya pulang cepat. Tidak jarang harus pulang jam 2 atau 3 pagi. Hari berikutnva sudah harus standby lagi jam 6 pagi di RS," bunyi pesan salah satu mahasiwa kepada akun X @bambangsuling11.

Hal ini terjadi selama 5 tahun menjalani masa studi, bahkan ketika mendapat giliran jaga, calon dokter harus bertugas selama 24 jam. 

"Ini berlangsung terus menerus selama masa studi ~5 tahun. Jika dapat giliran jaga, maka jaga minimal 24 jam dan dapat prolonged hingga 5-6 hari tidak bisa pulang dari RS. 

Dikarenakan sering kali PPDS harus melanjutkan operasi yang terus sambung menyambung melebihi giliran jaganya," sambungnya.

Beban kerja tersebut begitu berat karena jumlah pasien yang akan dioperasi di Rumah Sakit tersebut mendapai 120 pasien per hari. 

Bukannya dievaluasi, jam kerja yang begitu padat tersebut dianggap sebagai sebuah keuntungan dimana calon dokter bisa mendapat kesempatan lebih banyak untuk praktek.

"Jumlah operasi di RS Kariadi sangat tinggi, bisa 120 pasien/hari. Sedangkan, semua beban kerja bius pasien dilakukan oleh PPDS. 

Lamanya jam kerja yang terus menerus ini tidak pernah dianggap tidak wajar, selama ini bahkan dianggap sebagai "keunggulan" UNDIP dibandingkan univ lainnya, di mana residen dianggap bisa dapat kesempatan praktik lebih luas," ujarnya.
 

Editor : Ahmad Antoni

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network