“Kami bersama teman-teman seperjuangan saat itu juga berhasil memutus jalur Wates. Dinamit kami pasang di tengah jalan, begitu ada truk penuh tentara Belanda langsung kami ledakkan dan truk terlihat dari kejauhan hancur berkeping-keping. Seketika konvoi kocar-kacir, namun kami tak berani mendekati truk dan merampas senjata, mengingat khawatir datang bala bantuan," ujar Soemardi yang tinggal di Tembalang Semarang.
Sembilan bulan kemudian, tepatnya 17 Desember 1949, prajurit Soemardi ditugaskan mengamankan pelantikan Ir Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat di Sitihinggil Keraton Yogyakarta.
Kompi 26 Polisi Tentara yang dipimpin Letnan Neklani saat itu menurut Soemardi termasuk pasukan andalan yang kerap menjalankan misi tempur. Maka untuk mengamankan jalannya pelantikan Presiden RIS dimaksudkan agar siap menghadapi segala kemungkinan gangguan maupun misi penggagalan.
Dalam bertempur, saat itu Soemardi yang berpangkat prajurit (sekarang tamtama) dibekali senjata pistol mitraliur. Suatu senjata otomatis yang bisa memuntahkan peluru beruntun meski kalibernya sama dengan pistol semi otomatis FN.
Dengan pistol mitraliur saat itu menurutnya sudah cukup meninggikan semangat bertempur, hanya saja ketika berhadapan dengan tembakan bren dan tembakan pesawat cocor merah semua pasukan pasti akan cari perlindungan.
Sayang diusianya ke-95 tahun pendengarannya sudah terganggu karena sejak menjadi Polisi Militer dia ditugaskan sebagai Bintara Perhubungan yang menangani pesan bersifat umum maupun rahasia dengan telegraph maupun morse. Suara mesin morse yang melengking tinggi telah mempengaruhi membran telinganya sehingga sulit mendengar suara pelan.
Editor : Sulhanudin Attar
Artikel Terkait