SEMARANG, iNewsSemarang.id - Lembaga survei Echo Location Survey & Strategies telah merilis hasil survei terbaru pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Semarang di kontestasi Pilwalkot Semarang 2024. Hasilnya, elektabilitas pasangan nomor urut 2 Yoyok Sukawi-Joko Santoso mengungguli rivalnya Agustina Wilujeng-Iswar Aminuddin.
Tingkat elektabilitas Yoyok-Joko Santoso yang didukung Partai Perindo 55,82 persen, sedangkan Agustina-Iswar 28,64 persen. Sisanya 15,54 persen belum menentukan pilihan. Survey ini dilakukan pada pekan kedua September.
“Peta pilihan pemilih terhadap paslon masih dinamis,” ujar Peneliti Echo Location Survey & Strategies Joko J Prihatmoko saat kegiatan FGD Forum Media Online Kota Semarang (FOMOS) di Rumah Popo, Kawasan Kota Lama Semarang, Kamis (26/9/2024).
Dinamisnya pilihan pemilih, salah satunya ditandai dengan besaran pemilih yang masih mengubah pilihan alias swing voter sebesar 33,49 persen. Kemudian pemilih yang tidak mengubah pilihan alias strong voter sebesar 66,51 persen.
Perubahannya bisa berbagai faktor, di antaranya citra dan penetrasi kandidat, visi-misi atau program unggulan, manajemen kampanye ataupun dinamika politik lainnya.
"Generasi milenial (Y) dan zilanial (Z) perlu perhatian khusus. Mereka masih mungkin mengubah pilihannya jelang pemungutan suara pada 27 November mendatang,” kata Joko yang juga Dosen Ilmu Politik Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang.
Senada, pengamat politik Undip Wahid Abdurrahman menyebut generasi milenial dan generasi zilenial menjadi salah satu kunci kemenangan di Pilwalkot Semarang.
“Jumlahnya mencapai 54 persen. Masing-masing kandidat perlu mengemas gagasan atau programnya semenarik dan sekreatif mungkin melalui kampanye di media sosial, namun juga harus didukung figur atau ketokohan masing-masing paslon,” ucapnya.
Pengamat politik UIN Walisongo Semarang Nur Syamsudin menambahkan, ada beberapa persoalan generasi muda yang bisa dijadikan perhatian dari kedua paslon dalam menggalang dukungan. Misalnya terbukanya akses lapangan pekerjaan yang luas dan merata.
"Milenial dan generasi Z memang menjadi perhatian, apa sih yang diinginkan? Yaitu soal pekerjaan. Maka para paslon perlu mendekati mereka dengan cara memberikan kemudahan pekerjaan dan hidup," katanya.
"Kedua isu soal lingkungan menjadi perhatian mereka, seperti banjir, cuaca yang tidak baik bisa membuat mereka tidak bisa kemana-mana. Kemudian program yang berhubungan dengan teknologi dan inovasi," ujarnya.
Selain itu menurutnya, pola pikir generasi muda cenderung pragmatis sehingga tidak tertarik dengan wacana politik. Generasi muda lebih menyukai program yang sesuai dengan hobinya, misalnya keberadaan ruang publik dan akses internet gratis.
"Selain itu generasi muda juga belum tertarik dengan politik. Mereka lebih seneng dengan calon yang menawarkan kemudahan hidup, kalua perlu semua digratiskan," ucapnya. (Arni Sulistiyowati)
Editor : Maulana Salman
Artikel Terkait